Minggu, 30 Oktober 2011

Kopiah Kahfi

KOPIAH KAHFI

(Catatan ini aku buat pada Ramadhan tahun lalu, tapi Kahfi ingin cerita ini dimasukkan ke dalam blog bundanya)

Buk, aku pakai kopiah apa? Pertanyaan Kahfi ketika sore hari menjelang puasa. Sebenarnya aku sudah pernah membelikan dia kopiah tahun lalu. Tapi ternyata, kopiah itu sudah tidak muat. Pakai kopiah ayah saja ya! Dia setuju. Dia ambil kopiah ayahnya dan dicoba di depan cermin. Pantes buk? Wah puantes, anak e ibuk persis Ridho. Iyo...wong aku kan Ridho Usman, jawabnya! Aku tertawa, apalagi ketika kakaknya mengejek dia, yek...pesek ngono kok ngaku kayak Ridho Roma. Gak po po, jarene ibuk aku ngganteng kok, kaya Ridho Roma. Ha ha ha, mana ada sich ibu yang tidak mengganggap anaknya ganteng atau cantik? Semua ibu pasti menganggap ana-anaknya adalah anak yang paling cakep se dunia.

Malamnya, Kahfi mengikuti shalat tarawih  dengan semangat. Sepulang shalat tarawih, ayahnya bercerita kalau kopiah yang dipakai Kahfi beberapa kali jatuh. Ternyata kopiah milik ayah itu kebesaran. Aku meminta ayahnya untuk membelikan kopiah. Apalagi sebentar lagi di sekolah anakku akan diadakan pondok Romadlon. Ayahnya hanya bilang, ojok diomongi, dik! Mene wae tak tukokne di pasar.

Beberapa hari berikutnya, Kahfi  terpaksa memakai kopiah lamanya yang agak kekecilan. Timbangane pake kopiah e ayah, jatuh terus, katanya. Tetapi, dia tetap bersemangat untuk mengikuti shalat  tarawih di masjid dekat rumah.

Hari Minggu pagi, ayahnya keluar. Ketika kutanya, dia mengatakan kalau mau membelikan kopiah untuk kahfi tetapi aku tidak boleh memberi tahu pada perjaka kecilku itu. Ketika pulang, dia membawa bungkusan kecil, dan diberikan pada Kahfi. Dengan penasaran, dia membuka bungkusan itu. Betapa gembira ketika dia melihat isi bungkusan itu. Sebuah kopiah yang  bagus. Apalagi ketika dicoba, ternyata pas sekali dengan  kepalanya. Wah, nek iki wis gak jatuh-jatuh lagi yah, katanya. Ayahnya menasehati untuk rajin shalat dan kalau shalat di masjid tidak boleh ramai. Dia berjanji kalau shalat di masjid nanti, akan shalat di dekat ayah atau mbah kakungnya, biar tidak digoda teman-temannya.

Sekarang, baik shalat fardu, shalat tarawih maupun mengaji, dia selalu memakai kopiah itu. Ada sinar kebanggaan di matanya ketika memakai kopiah pembelian ayahnya. Dan satu lagi...ternyata kopiah Kahfi persis dengan kopiah Mbah Kakungnya. Padahal  ketika membeli, ayahnya tidak tahu kalau kopiah  itu sama persis dengan kopiah Mbah Kakung. (Untuk perjaka kecilku Ashhabul Kahfi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar