Rabu, 25 Juli 2012




Anak-anakku dan matematika




Artikelku


PENERAPAN  PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Lilis Setiyorini

 

Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas (PTK}  dimaksudkan untuk mengkaji  bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika materi Pangkat Tak Sebenarnya melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Number Head Together di kelas IXA SMPN 2 Benjeng, Gresik. Sintaks model pembelajaran Kooperatif NHT yang peneliti tawarkan meliputi pendahuluan, pembentukan kelompok kecil, kerja kelompok, pajangan, kegiatan belajar, presentasi kelompok dan penutup. Menggunakan pembelajaran tipe NHT , peneliti menyimpulkan bahwa: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pangkat tak sebenarnya. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran matematika materi pangkat tak sebenarnya.

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif, Number Head Together, Prestasi Belajar, Matematika


Pendahuluan
Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan secara sadar dan terencana. Dengan adanya rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa akan mendukung keberhasilan pembelajaran di sekolah. Rencana pelaksanaan pembelajaran diupayakan agar peserta didik dapat belajar secara maksimal dan termotifasi, tertantang  untuk mendapatkan hasil belajar secara maksimal pula.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti usaha menolong si pelajar agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep yang dipahami.
Beberapa kendala penulis temui  dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 2 Benjeng. . Rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil ulangan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas IX  ternyata kurang dari 60. Hal ini jauh dari batas ketuntasan belajar minimal (KKM)  yaitu 70.  Nilai tersebut berada dibawah standar ketuntasan yang diharapkan Kurangnya antusias siswa untuk belajar, siswa yang cenderung pasif dan menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam, enggan, dan malu dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapa menjadi kendala lainnya. Dari hasil diskusi dengan rekan sejawat dalam MGMP BERMUTU, pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Hal ini bertentangan dengan prinsip dalam pembelajaran matematika, siswa mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran teori dan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya. Selain itu, guru kurang mengimlementasikan konsep-konsep matematika ke dunia nyata.
Untuk mengatasi permasalahan itu maka dipandang perlu mencobakan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi  masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari tatanan masyarakat  yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan. Dalam pelaksanaannya,  pembelajaran kooperatif menciptakan suasana yang berbeda, mengubah peran guru sebagai fasilitator dan pengelola aktivitas kelompok kecil. Peran guru yang selama ini dominan  akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk mengerjakan berbagai permasalahan secara madiri. Beberapa teman guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut dengan beberapa tipe telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama siswa dalam meningkatkan prestasi. Olehnya itu  saya bersama teman guru yang lainnya  ingin melaksanakan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktural tipe Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggungjawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual.
  Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah yaitu 1)Penomoran, 2)Pengajuan pertanyaan, 3)Berpikir bersama, dan 4)Pemberian jawaban.
 Peneliti berharap siswa semakin termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton. Bagi guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran matematika dan menerapkan berbagai metode pembelajaran serta dapat memberikan masukan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan atau meningkatan kualitas pembelajaran.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan 2 siklus, dengan masing-masing siklus sebanyak 2 pertemuan. Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Benjeng Gresik kelas IX A pada bulan Nopember 2010 sampai Januari 2011. Sasaran penelitian adalah  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Benjeng Gresik tahun pelajaran 2010/2011. Kelas 9A sejumlah 36 siswa terdiri dari 22 siswa putra dan 14 siswa putri dengan kemampuan akademik yang sangat beragam. Demikian juga minatnya terhadap matematika.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu  apabila 75% siswa mampu memecahkan masalah Pangkat Tak Sebenarnya dengan nilai minimum 70.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes bentuk essay pada akhir setiap siklus I dan II yaitu untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Pangkat Tak Sebenarnya. . Data Kualitatif adalah data yang diperoleh dari observasi lapangan terhadap guru dan siswa pada setiap proses pembelajaran.
     
Observasi aktivitas siswa dilakukan oleh kolaborator  dengan menggunakan tabel pengamatan.   Yang berperan melaksanakan pembelajaran model kooperatif tipe NHT adalah Peneliti/penulis sebagai pengampu mata pelajaran matematika di kelas tersebut
Untuk mengukur kemampuan  siswa dalam pemecahan masalah dilakukan evaluasi yang dikerjakan siswa pada pos test  dengan teknik dan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Pangkat Tak Sebenarnya, peneliti menggunakan instrumen berupa tes uraian yang dilaksanakan pada akhir pertemuan pada siklus I dan siklus II.

Untuk mengetahui penerapan pembelajaran model kooperatif tipe NHT dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan tabel pengamatan.
Hal – hal yang diamati terhadap siswa adalah 1)siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok , 2) siswa menjawab pertanyaan / permasalahan yang diajukan oleh anggota kelompok yang lain  , 3)siswa yang nomernya dipanggil oleh guru menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru., dan pada 4) siswa mengerjakan latihan mandiri  yang diberikan sebagai evaluasi pada pertemuan itu.

Selain hal tersebut, diamati pula aktivitas siswa yang berkaitan dengan pola tingkah lakunya,     yaitu  frekuensi siswa ijin keluar kelas / ke kamar kecil, minatnya yang diidentifikasi dari sikap diam  tidak mengerjakan sesuai perintah, dan bergurau dengan siswa lain,. Dari aktivitas siswa dalam kelompok diamati apakah siswa mengerjakan LKS sendiri/ berkelompok, bertanya kepada siswa lain, apakah siswa mampu menyampaikan gagasan pada teman kelompok dan pada kelas serta  memberi tanggapan pada penjelasan siswa lain


Hasil dan Pembahasan
a.      Siklus I.
Pertemuan 1 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 12 Januari 2011 jam ke 5-6. Materi pembelajaran pada pertemuan 1 siklus I  adalah Mengubah bentuk akar suatu bilangan bulat menjadi bilangan berpangkat pecahan dan sebaliknya.
Awal pertemuan didalam kelas, guru, mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru selanjutnya membagi siswa menjadi enam kelompok, beranggota enam orang. Kemudian guru membagikan kartu, .  siswa diminta untuk memberi nomer 1 sampai 6 berdasarkan kesepakatan kelompok. Nama kelompok diambil dari nama tokoh atau istilah matematika dan penamaan kelompok berdasarkan kesepakatan kelompok masing-masing. Nama kelompok yang dipilih oleh siswa adalah Archimedes, Pythagoras, Pascal, Thales, Boylle dan Algebra. Anggota  kelompok melekatkan kartu nomor di dada sebelah kiri. Kartu ini berguna pada pengamatan oleh observer. Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru memberikan rambu-rambu aturan main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Setelah itu guru membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu untuk membagi kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan main pembelajaran dan membagi LKS sekitar 20 menit. Waktu pembahasan LKS di kelompok kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak sebagai fasilitator. Beberapa anak masih bercanda dan tidak  mau mengerjakan LKS. Beberapa anak masih belum mau berdiskusi dengan teman kelompoknya.
Sebelum pelaksanaan, guru telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari karton, papan display, kotak yang berisi nomer dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok, guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan “tanda bintang” untuk kelompoknya. Beberapa siswa yang dipanggil nomer dan nama kelompoknya masih malu-malu memberikan penjelasan. Beberapa siswa masih suka menggoda jika ada temannya yang maju menjelaskan permasalahan. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri selama 15 menit.
Setelah guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan hasil terbaik.
Pertemuan 2 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 15 Januari 2011 jam ke 3-4.
Materi pembelajaran pada pertemuan 2 siklus I  adalah melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar.
Awal pertemuan didalam kelas, guru, mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru meminta  siswa untuk berada di dalam kelompoknya. Anggota  kelompok melekatkan kartu nomor sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru mengingatkan rambu-rambu aturan main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Aris dan beberapa siswa yang lain menanyakan perolehan bintang yang didapat oleh kelompok mereka. Guru juga menyampaikan perolehan bintang yang diperoleh kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Setelah itu guru membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu untuk membagi kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan main pembelajaran dan membagi LKS sekitar 10  menit. Waktu pembahasan LKS di kelompok kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak sebagai fasilitator. Beberapa siswa masih bercanda dan enggan mengerjakan LKS. Beberapa anak ijin untuk ke kamar kecil.
Sebelum pelaksanaan, guru telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari karton, papan display, kotak yang berisi nomor dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok, guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan “tanda bintang” untuk kelompoknya. Pada pertemuan kedua ini, anak-anak sudah nulai percaya diri untuk menjelaskan permasalahan yang diampaikan guru. Masih ada yang suka nyeletuk bercanda, tetapi sudah mulai berkurang. Hanya ada 2 anak yang ijin ke kamar kecil, tetapi segera masuk kembali. Ada 3 anak yang dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan matematika. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri selama 15 menit.
Setelah guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan hasil terbaik.

Refleksi Siklus I

1.      Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Pada siklus 1 penelitian ini dilaksanakan tindakan dengan menerapkan pembelajaran model kooperatif tipe NHT , yang ter diri atas 4 (empat ) fase, yaitu ; penyajian masalah, mengorganisir kelas, pelaksanaan kegiatan/ diskusi dan presentasi , memberikan kesimpulan dan penghargaan( lihat Lampiran RPP). Penerapan tindakan ini (kooperatif tipe NHT) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan cara diskusi/presentasi berdasarkan nomer. Untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat dilihat dari LKS ( Lembar Kerja Siswa) dan post test .

Hasil tes pada pertemuan 1 siklus 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 8 orang (22%), dan yang memperoleh nilai dibawah 70  adalah 28 orang (78%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 25. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 1 siklus 1 adalah 54,3. Indicator keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah dengan nilai minimal 70. Data tersebut  menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 1 siklus 1 belum mencapai indicator keberhasilan.

Hasil tes pada pertemuan 2 siklus 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 15 orang (33%), dan yang memperoleh nilai dibawah 70  adalah 21 orang (67%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 90 dan nilai terendahnya adalah 25. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 2 siklus 1 adalah 64,7. Indicator keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah dengan nilai minimal 70. Data tersebut  menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 2 siklus 1 belum mencapai indicator keberhasilan. Tetapi, terdapat perkembangan yang siknifikan dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa.
Rata-rata nilai tes pada siklus 1 adalah 59,5

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus I ada beberapa kelemahan yang menjadi penyebab ketidak berhasilan tersebut antara lain :
1.      Setting siswa dalam berkelompok masih belum maksimal.
2.      LKS sudah mendukung pembelajaran, tetapi terlalu padat.
3.      Aturan permainan dalam pembelajaran model kooperatif tipe NHT masih belum dipahami oleh siswa.
4.      Alokasi waktu pengerjaan LKS dan diskusi kelompok dirasa  sangat kurang.
5.      Alokasi waktu pengerjaan soal latihan mandiri ternyata sangat minim.


b.      Siklus II
Pertemuan 1 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 Januari 2011 jam ke 5-6.
Materi pembelajaran pada pertemuan 1 siklus II  adalah Melakukan operasi perkalian dan pembagian  yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar.

Awal pertemuan didalam kelas, guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru meminta  siswa untuk berada di dalam kelompoknya. Siswa dengan cepat segera ke kelompoknya. Anggota  kelompok melekatkan kartu nomor sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru memberikan rambu-rambu aturan main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Asmaul, Hajar dan Dikey mengusulkan agar pemberian bintang tidak hanya untuk kelompok yang anggotanya dapat menjelaskan permasalahan yang diberikan, tetapi juga  diberikan jika ada kelompok yang anggotanya ikut memberikan saran. Danas dan Dessy menyarankan agar kelompok yang anggotanya bercanda terus dan tidak serius dikurangi nilainya. Kedua usul itu diterima oleh seluruh kelas dan disepakati. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Setelah itu guru membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu untuk membagi kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan main pembelajaran dan membagi LKS sekitar 5 menit. Waktu pembahasan LKS di kelompok kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak sebagai fasilitator. Beberapa anak masih bercanda tetapi  mau mengerjakan LKS. Sebagian besar siswa sudah melakukan diskusi kelompok. Untuk siswa yang berkemampuan tinggi, berusaha menerangkan kepada anggota yang lain.

Sebelum pelaksanaan, guru telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari karton, papan display, kotak yang berisi nomer dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok, guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan “tanda bintang” untuk kelompoknya. Beberapa siswa yang dipanggil nomer dan nama kelompoknya tanpa malu-malu memberikan penjelasan. Seluruh siswa memberikan tepuk tangan jika ada nomer kelompok terpilih untuk maju. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri selama 25 menit.
Setelah guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan hasil terbaik.

Pertemuan 2 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 Januari 2011 jam ke 3-4.
Materi pembelajaran pada pertemuan 2 siklus I I adalah melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar.
Awal pertemuan didalam kelas, guru, mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Tanpa diminta,   siswa sudah berada di dalam kelompoknya. Anggota  kelompok melekatkan kartu nomor sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru mengingatkan rambu-rambu aturan main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Beberapa siswa menanyakan perolehan bintang yang didapat oleh kelompok mereka. Guru juga menyampaikan perolehan bintang yang diperoleh kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Sebelum guru membagi LKS, guru meminta seluruh siswa berdiri dan bertepuk tangan terhadap situasi kelas IXA yang gembira tetapi tenang dan terarah. Setelah itu guru membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu untuk membagi kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan main pembelajaran dan membagi LKS sekitar 10  menit. Waktu pembahasan LKS di kelompok kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak sebagai fasilitator. Seluruh siswa mengerjakan LKS, diskusi kelompok telah banyak dilakukan. Meskipun sambil bercanda, Adi Mulyo dan   Sodikun tetap antusias bertanya kepada teman yang lain.
Sebelum pelaksanaan, guru telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari karton, papan display, kotak yang berisi nomor dan nama kelompok.

Setelah diskusi kelompok, guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan “tanda bintang” untuk kelompoknya. Pada pertemuan keempat ini ini, anak-anak antusias dan percaya  diri untuk menjelaskan permasalahan yang disampaikan guru. Tidak ada satupun anak yang keluar pada saat pembelajaran. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri selama 25 menit.Setelah guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan hasil terbaik.

Hasil tes pada pertemuan 1 siklus II menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 24 orang (67%), dan yang memperoleh nilai dibawah 70  adalah 12 orang (33%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 30. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 1 siklus 1 adalah 71,8. Indicator keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah dengan nilai minimal 70. Data tersebut  menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 1 siklus 1 belum mencapai indicator keberhasilan. Tetapi, terdapat perkembangan yang siknifikan dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa.

Hasil tes pada pertemuan 2 siklus II menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 30 orang (83%), dan yang memperoleh nilai dibawah 70  adalah 6 orang (17%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 55. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 2 siklus 1 adalah 64,7. Indicator keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah dengan nilai minimal 70. Data tersebut  menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 2 siklus 1 telah mencapai indicator keberhasilan.

Refleksi Siklus 2
Dari data dan deskripsi hasil siklus II di atas maka indicator keberhasilan telah tercapai yaiti 75 % siswa mampu memecahkan masalah matematika dengan nilai diatas 70. Dengan demikian penelitian ini tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. 

A.    Pembahasan
Siklus  I.
Pembelajaaran kooperatif NHT  pada siklus I ini nampaknya menyenangkan bagi siswa.  Hal ini kami amati saat guru memulai pembelajaran dengan apersepsi yang direspon siswa dengan jawaban yang begitu antusias. 
Kemampuan   siswa dalam pemecahan masalah matematiak  belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Hal ini karena  keaktifan siswa yang kurang optimal, seting kelompok yang belum maksimal. Siswa masih enggan untuk diskusi bertanya  jika mengalami kesulitan.
Siswa kurang tertib melakukan kerja kelompok  karena belum memahami aturan main dalam pembelajaran kooperatif NHT.
Terlalu banyak permasalahan dalam lembar kerja  LKS sehingga tidak semua materi yang ada di LKS dapat didiskusikan di kelompok.  Saat siswa mendapat giliran untuk menyelesaikan masalah di depan kelas, siswa yang lain menggoda dan berkomentar yang tidak baik. Sesuai dengan pendapat John Dewey dalam Dimyati (1994) yang menyatakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Dalam setiap kegiatan belajar siswa selalu menampakkan keaktifan baik dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit untuk diamati.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya yaitu guru harus berusaha mengelola kelas dengan baik, guru harus memperbaiki cara-cara memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Selain itu guru harus membimbing siswa dalam diskusi kelompok menyelesaikan LKS  sehingga siswa bisa terarah dengan baik. Guru juga harus berusaha menguasai pembelajaran kooperatif tipe NHT  supaya proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru dapat membuat suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih banyak terlibat pada saat pembelajaran. Dari hasil refleksi guru mensetting kelas lebih terencana agar waktu lebih efektif,  memperbaiki  LKS lebih sedikit permasalahan tetapi lebih terarah pada materi pembelajaran. Selain itu, guru membuat aturan yang lebih tegas berkenaan dengan pemberian hadiah dan sanksi.
Siklus II
Pada siklus 2 ini berlangsung 2 kali pertemuan, dengan fase – fase pembelajaran yang sama pada fase I.  Namun ada beberapa perlakuan yang kami  rubah, atau kami lakukan berbeda dengan siklus 1. Setting kelas lebih terencana sehingga ketika masuk kelas, siswa sudah berada pada kelompoknya masing-masing. Materi LKS lebih singkat, tetapi mengena pada tujuan pembelajaran. Pemberian nomor yang lebih besar sehingga lebih terlihat dan menarik. Penulisan nama kelompok dibuat lebih bervariasi sehingga anak-anak lebih senang. Selain itu, guru membuat aturan yang lebih tegas berkenaan dengan pemberian hadiah dan sanksi. Aturan ini dibuat berdasarkan kesepakatan bersama dengan siswa.

Kemudian yang kami perbaiki pada siklus 2 ini juga soal yang lebih mengacu kepada bentuk soal pemecahan masalah dan diseseuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Setelah diterapkannya pembelajaran model kooperatif NHT dengan beberapa perlakuan yang berbeda dari siklus 1 ternyata kemampuan menyelesaikan masalah Matematika  Pangkat Tak Sebenarnya pada siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian nilai tiap pertemuan.  Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika Pangkat Tak Sebenarnya  siswa kelas IXA pada siklus 2 disebabkan oleh perbaikan – perbaikan yang dilakukan, seperti LKS dan tes yang sudah dirancang untuk pemecahan masalah.

Dari deskripsi hasil diatas didapatkan bahwa tindakan pembelajaran model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Pangkat Tak sebenarnya.

Hal menarik dalam penelitian ini adalah tentang minat belajar siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator, ternyata terdapat perkembangan yang menggembirakan berkaitan dengan minat belajar siswa.

Pada pertemuan ke 1 siklus 1, ada 5 siswa yang keluar ke kamar kecil. Pada pertemuan ke 2, jumlah anak yang ijin keluar kelas 3 orang, pada pertemuan ke 3 dan keempat sudah tidak ada anak yang keluar kelas. Hal ini sebagai indikasi bahwa  siswa merasa betah dan enjoy menikmati pembelajaran yang dilakukan penulis.
Keaktifan siswa juga terjadi peningkatan yang menggembirakan. Siswa yang acuh tidak mengerjakan LKS semakin berkurang. Pda pertemuan ke 1, ada 9 siswa yang acuh tidak mau mengerjakan, tetapi pada pertemuan ke 4, seluruh siswa telah mengerjakan LKS. Demikian pula dengan anak yang suka bergurau mengganggu aktifitas belajar. Pada pertemuan ke 4, siswa tekun belajar. Meskipun ada gurauan, tetapi gurauan itu sebagai penyegar suasana dan tidak mengganngu kegiatan pembelajaran.

Pada kegiatan kelompok, terjadi peningkatan yang menggembirakan. Siswa yang semula mengerjakan LKS sendiri, sekarang mengerjakan LKS secara berkelompok. Pada pertemuan ke 4, seluruh siswa mengerjakan LKS secara berkelompok. Siswa yang berkemampuan tinggi tidak lagi canggung untuk menerangkan/menyampaikan gagasan pada anggota kelompok  yang lain. Bahkan, tanpa diarahkan oleh guru, mereka menunjuk salah satu siswa sebagai ketua di kelompoknya.
Ketika siswa yang lain menyampaikan penyelesaian masalah yang dikemukakan guru, siswa tidak segan-segan memberikan tanggapan atau menyampaikan ide-ide mereka.
Dari jurnal yang ditulis siswa, lebih dari 30 siswa merasa gembira dan senang dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Selain terjadi peningkatan minat dan keaktifan siswa, guru juga termotivasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajarannya. 

NO
AKTIFITAS
JUMLAH
SIKLUS 1
SIKLUS II
Pert 1
Pert 2
Pert 1
Pert 2
1
Ijin keluar ke kamar kecil
5
3
0
0
2
Diam tidak mengerjakan
9
7
2
0
3
Bergurau dengan siswa lain
7
5
0
0
4
Mengerjakan LKS sendiri
7
5
2
0
5
Mengerjakan LKS berkelompok
13
26
32
36
6
Bertanya kepada siswa lain
5
10
15
25
7
Menyampaikan gagasan pada teman kelompok
2
6
10
16
8
Menyampaikan gagasan pada kelas/ memberi tanggapan pada penjelasan siswa lain
3
4
8
10
Tabel aktifitas siswa



Kesimpulan Dan Saran
A.    Kesimpulan
Penerapan pembelajaran model kooperatif NHT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika Pangkat Tak Sebenarnya siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Benjeng.
B.     Saran
1.      Pembentukan kelompok seharusnya dilakukan sebelum pelaksanaan sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.
2.      Perlu adanya kesepakatan-kesepakatan antara guru dan siswa demi terlaksananya pembelajaran yang terarah dan menyenangkan bagi siswa
3.      Untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, ternyata penghargaan berupa “tanda bintang” sangat menarik dan menggembirakan siswa
4.      Jika akan diterapkan pembelajaran model kooperatif NHT  perlu adanya system kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan diskusi sehingga siswa benar-benar memanfaatkan waktu dan memahami materi dengan baik.
C.     Pelajaran yang di petik
1.      Ternyata dengan model kooperatif NHT siswa lebih termotivasi untuk belajar.
2.      Dengan pembelajaran yang kami tawarkan ternyata tutor sebaya menjadi alternatif yang menggembirakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
3.      Dengan bekerja secara berkelompok siswa lebih termotivasi dari dalam dirinya sendiri untuk bisa menguasai materi yang dibahas.