Kamis, 05 Oktober 2017

Renungan Kecil dari Sebuah Percakapan Kecil

Percakapan ke 1
S: Bu, saya ndak bisa!
G: Aduh, kenapa ndak bisa?
S: Angel bu! Aku gak ngerti blas buk
G: Lha kemarin kan sudah diterangkan.
S: Embuh bu, bingung.
G : .........................................................

Dan,,,,, percakapan akan berlanjut dengan omelan-omelan dari bapak/ibu guru. Yang siswa ndak mendengarkan, yang siswa ndak mau belajar, yang siswa ndak konsentrasi, yang ini, yang itu, yang intinya semua menyalahkan siswa itu karena tidak bisa menyerap pelajaran dari guru.

Percakapan ke 2
G: Aku ngajar di kelas F itu lho, si A nilainya selalu jelek. Tugas-tugasnya juga jarang dikumpulkan. Pokok e besok saya beri nilai jelek di raport
W: Lha tugas-tugasnya sudah pean tagih tah buk
G: Sudah, kemarin seminggu saya beri tugas 4 buah ya ndak ada yang dikumpulkan. Wis tak tagih berkali-kali ya tetap ndak dikumpulkan.
W: Sudah pean terangkan maksudnya tah buk
G: Sudah bu, wong anak-anak yang lain lho sudah mengumpulkan, si A dan B itu lho ndak ngumpulkan. Malah nggak ngreken. Mosok saya yang harus terus-terusan nagih tugas kayak nagih utang saja.

Dan,,,,,,percakapan berlanjut dengan keluhan-keluhan dari guru tersebut tentang perilaku si A dan B, membandingkan si A dan B dengan anak-anak lain,  yang si A malas, si B ndak nurut, dan lain-lain.

Renungan
Sudahkah kita sebagai guru memahami anak didik kita? Sudahkan kita melakukan yang terbaik untuk anak didik kita? Apakah kita sudah bertindak sebagai guru atau sebagai orang dewasa yang hanya menghakimi mereka tanpa solusi? Ibaratnya, sudahkah kita "nggrayangi" diri kita sendiri sebelum kita menjadikan anak didik kita sebagai "kambing hitam" dari kegagalan kita? Iya , itu kegagalan kita sebagai guru karena belum berhasil mentransfer pengetahuan kita kepada mereka.