Sabtu, 28 Januari 2012

SERTIFIKASI GURU

SERTIFIKASI GURU
Lilis Setiyorini, S.Pd
SMP Negeri 2 Benjeng Gresik

Sabtu, 28 Januari 2012. Hari ini, dijadwalkan ada supervisi dari Pengawas dan Dewan Pendidikan Kabupaten Gresik di sekolahku. Katanya sich supervisi berkenaan dengan sertifikasi guru.  Ada perasaan was-was dan deg-deg an. Berbagai prasangka muncul. Ada kekhawatiran bahwa kehadiran Dewan Pendidikan ke sekolah hanya untuk mencari kelemahan-kelemahan kami para guru. Apalagi kami banyak membaca komentar-komentar miring tentang kemanfaatan TPP yang diterima guru. Ada pendapat bahwa TPP yang telah dikucurkan ternyata tidak membawa perubahan kompetensi guru. Ada pendapat bahwa TPP hanya memboroskan keuangan negara. Ada yang beranggapan TPP itu sia-sia.

Kemarin, Bapak Kepala Sekolah memberikan angket yang harus kami isi. Sambil diskusi santai kami membahas satu persatu instrumen yang harus kami isi. Butir yang menjadi bahan diskusi menarik kami adalah tentang pola pencairan dana TPP dan saran-saran untuk DP. Beberapa teman menginginkan tiap bulan, beberapa menginginkan tiga bulan an, ada yang per semester. Tetapi ada yang dituliskan secara kompak, yaitu kata-kata "tepat waktu". Ha ha ha ,,,,, maklum,,, untuk urusan fulus, semua pasti menginginkan "lancar dan terkendali'. Banyak saran yang dituliskan oleh teman-teman.

Sabtu, jam 10, seorang anggota Dewan Pendidikan dan seorang Pengawas Kecamatan hadir. Kami para guru dikumpulkan di ruang guru. Setelah Bapak dari DP memperkenalkan diri, beliau bercerita tentang perjalanan ke sekolah kami melewati jalan desa dengan pemandangan yang asri dan jembatan yang amboi. Ha ha ha ,,,,,, kami semua tertawa. Wah,,,, kami tiap hari melewatinya, Bapak!!

Ternyata, Dewan Pendidikan Kabupaten Gresik bukan melakukan supervisi, tetapi monitoring dan sharing dengan teman- teman guru. Ha ha ha ,,,,,, semua perangkat pembelajaran yang kami siapkan tidak ditoleh sedikitpun oleh beliau.

Akhirnya kami ungkapkan semua permasalahan dan uneg-uneg yang selama ini kami pendam.Tentang kewajiban beban mengajar 24 jam, selama ini memang tidak bermasalah di sekolah kami. Hampir semua teman-teman mendapat beban mengajar 24 jam. Bahkan semester kemarin, saya mendapat beban 25 jam. Tetapi, tugas guru kan bukan hanya mengajar di kelas. Menyiapkan perangkat mengajar, koreksi, melakukan analisis, melakukan perbaikan & pengayaan juga sangat menyita waktu. Sementara itu, selain beban mengajar, banyak sekali tugas tambahan yang dibebankan kepada kami. Kalau dihitung jam,,, mungkin beban  kami bisa sampai lebih dari 40 jam mengajar. Tetapi kasihan juga teman-teman GTT yang akhirnya hanya mendapat jam mengajar sangat minim. Alangkah indahnya jika tugas tambahan yang dibebankan guru dapat dikonversikan ke dalam jam mengajar. So,,, kalau demikian,,, kami nggak harus membawa koreksi an ke rumah. Kami dapat melakukan analisis ulangan harian n analisis butir soal di sekolah. Dengan beban mengajar 24 jam,,,, mana sempat kami melakukan itu???

Seorang teman guru mengungkapkan perasaannya bagaimana kami para guru merasa diinting-inting. Selama ini, sering kami baca dan dengar tentang "guru harus ini, guru harus itu", "kalau nggak 24 jp, TPP dihentikan", "TPP gak ada manfaatnya" bahkan tentang "mutasi besar-besaran". Memang, tujuan semua itu agar kami mau untuk selalu belajar & meningkatkan kompetensi.Tetapi yang kami tangkap dari berita-berita itu, pemerintah seolah-olah memberikan kebijakan setengah hati terhadap guru. Memberikan TPP seolah-olah harus hanya untuk peningkatan kompetensi. Apa salahnya kalau kami gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Bukankah dengan keadaan ekonomi yang baik, maka kami juga akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas?

Memang, banyak juga saya temui teman guru yang tidak mau belajar. Menganggap apa yang dia miliki selama ini sudah cukup sebagai bekal untuk mmengajar.Merasa sudah tua sehingga malas untuk belajar hal-hal baru.  Padahal ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Pola perkembangan anak didik pun mengalami banyak sekali perubahan.

Beberapa permasalah lain diungkapkan oleh teman-teman. Termasuk tentang pemetaan guru dan mutasi guru. Mutasi yang didasarkan pada "dendam politik" sangat melukai hati kami para guru.

Terakhir, seorang kawan guru bercerita tentang situasi di sekolah kami. Bagaimana kami semua menciptakan suasana belajar tidak hanya pada anak didik, tetapi juga pada  dewan guru. Bagaimana kami menerapkan Lesson Study, bagaimana antusias teman-teman untuk menempuh pendidikan di S2, bagaimana kami semua antusias dalam penggunaan IT. Makanya ada guyonan diantara kami,,,, "Wis sertifikasi gak isok komputer? Ndeso!!!"  "Wis sertifikasi gak duwe laptop? Ndeso!!!" "Wis sertifikasi gak ngerti internet???........Ndeso!!!"""""" "Wis sertifikasi gak gelem nerusno kuliah????? ........... Nde ,,,,,,,,"Hihihihi........... ini juga lagi semangaat kuliah lagi.

1 komentar:

  1. Bahkan di lingkungan Dinas Pendidikan Kab Lamongan Jawa Timur sejak 2009 telah melakukan penilaian kineerja guru (PKG) oleh pengawas dan di monitoring oleh ka dinas pendidikan terhadap guru yang bersertifikat pendidik, untuk tahun 2011 ini dilakukan penilaian pada bulan Januari - Pebruari

    BalasHapus