Meskipun saya guru matematika, saya hobby menyemangati anak-anak untuk mengembangkan bakatnya. Ketika ada lomba menulis surat buat presiden beberapa waktu lalu, saya menantang anak-anak untuk menulis. Anak saya bernama Ayup Kuswanto dan Rindi Muntiara bintang menjawab tantangan saya. Meskipun dengan malu-malu dan meminta tolong saya untuk memperbaiki beberapa kata, akhirnya surat mereka jadi dan saya kirim lewat pos.
Kepada :
Yth.Bapak Presiden Ir. Joko
Widodo
di
tempat
Bapak Presiden,
apa kabar ? Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Ayup
Kuswanto. Saya siswa dari kelas 8 SMP Negeri 2 Benjeng. Apakah Bapak pernah
mendengar nama Benjeng? Kadang-kadang, orang membuat plesetan Benjeng menjadi
Beijing. Entah apakah ada riwayat sejarah kesamaan dengan Beijing Cina, saya
tidak tahu. Benjeng adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gresik Propinsi Jawa
Timur.
Bapak Presiden . . .
Ini
surat yang saya buat dengan segenap hati dan pikiran saya. Saya berharap agar Bapak
benar–benar mengetahui isi hati rakyat. Saya berharap, Bapak mendengar suara
dari orang-orang di Indonesia tercinta ini, termasuk suara-suara rakyat yang tinggal
di pelosok negeri ini. Dan surat yang
saya buat khusus hanya untuk Bapak
Presiden ini adalah suara dari pelajar yang berada di daerah terpencil.
Saya
sebagai anak bangsa Indonesia, sering mendengar perkataan–perkataan dari mulut
orang–orang tentang Indonesia ini. Banyak cerita tentang keindahan negeri ini.
Banyak cerita tentang kesuburan negeri ini. Saya sangat bangga menjadi anak Indonesia, Bapak.
Tetapi seringkali saya juga kecewa pada
Indonesia. Dari berbagai media televisi dan koran yang saya baca, dari hari ke
hari saya melihat, Indonesia yang saya
banggakan, Indonesia impianku menjadi
Indonesia masalahku. Masalah di Indonesia
yang seringkali datang bertubi – tubi, bagaikan pohon beringin yang dihujani
dengan hujan yang sangat deras yang disertai hembusan angin sangat keras dan petir yang menggelegar datang menyambar.
Masalah yang banyak seperti perselisihan para tokoh politik, korupsi, kabut
asap, nilai dolar meningkat, harga-harga yang tidak stabil, krisis ekonomi masyarakat yang semakin parah, kesehatan
penduduk belum teratasi, dan yang paling penting adalah pendidikan di Indonesia
belum merata. Bagi saya, pendidikan itu sangat penting. Bagaimana kami bisa
mengisi Indonesia Emas jika kami tidak mendapatkan pendidikan yang baik?
Bagaimana kami bisa memperoleh akses pendidikan berkualitas jika pemerataan
pendidikan belum kami dapatkan? Bagaimana kami bisa mewujudkan mimpi masa depan
bangsa menjadi indah dan cerah bagaikan pelangi dan sinar mentari disiang hari jika
anak–anak bangsa ini tidak mengenyam pendidikan? Akan jadi apa bangsa ini?
Tanpa anak–anak bangsa yang berkualitas, saya gamang dengan keberadaan
Indonesia dimasa depan, Bapak. Bapak Ibu Guru selalu memotivasi kami untuk
belajar karena kami adalah Generasi Emas negeri ini. Tetapi jika keterbatasan
biaya dari orang tua kami untuk melanjutkan sekolah, bagaimana kami siap untuk
mengisi tahun-tahun emas itu, Bapak Presiden? Jangan-jangan, karena mahalnya
biaya hidup saat ini, untuk melanjutkan ke SMA nantinya pun orang tua saya
tidak sanggup karena uang yang ada sudah tinggal sisa-sisanya saja. Apalagi ke
Perguruan Tinggi. Mendengar mahalnya biaya ke Perguruan Tinggi, saya merinding,
Bapak. Terbayang betapa sulitnya saya meraihnya.
Please
Bapak Presiden, saya tidak mau menjadi bagian dari keterpurukan Indonesia. Saya
mau ambil bagian dari kecemerlangan Indonesia di masa depan. Oleh sebab itu, saya
sangat berharap masalah yang ada di Indonesia saat ini bisa teratasi dan yang
paling utama adalah masalah pemerataan pendidikan bagi seluruh anak negeri. Pemerataan
pendidika mungkin bisa diatasi dengan adanya pendidikan gratis. Kalau tidak
gratis 100%, dapat dimungkinkan dengan pendidikan berbiaya murah dan terjangkau
untuk semua lapisan masyarakat. Dengan pendidikan berkualitas, saya yakin Indonesia
bisa bebas dari masalah. Pada akhirnya Indonesia
Masalahku benar-benar menjadi Indonesia
Impianku, dan menjadi “Indonesia Gemilang, INDONESIA HARAPANKU”.
Hanya
ini yang bisa saya sampaikan kepada Bapak Presiden. Jika ada kata – kata yang menyinggung
perasaan Bapak saya meminta maaf yang sebesar – besarnya. Sekian dari saya, terima
kasih.
Benjeng,
22 Oktober 2015
Hormat
Saya
Ayup
Kuswanto
keren mbak...guru kreatif n inspiratif
BalasHapusTerima kasih, bunda
Hapus