MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN
Disusun
oleh :
Lilis
Setiyorini, S.Pd
SMP
Negeri 2 Benjeng
A.
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis , sistematis, dan memiliki sifat obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran dan pemahaman siswa SMP terhadap matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran matematika di SMP cenderung ceramah dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.
Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, pembelajaran kurang bermakna bagi siswa, monoton, metode yang digunakan kurang bervariasi, kurangnya media pembelajaran. Akibatnya kebosanan tumbuh pada siswa sehingga minat dan motivasi belajar siswa menjadi sulit dikembangkan. Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya untuk diadakan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mindset ke arah pencapaian tujuan pendidikan di atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru. Siswa diarahkan pada kegiatan pembelajaran yang bisa membawa perubahan pada dirinya secara terencana. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain: guru, bahan/materi, berbagai sumber belajar, dan media pembelajaran. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Siswa bisa belajar melalui media. Karena itu, siswa dapat berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain. Guru dituntut untuk mampu memilih, membuat sendiri atau menggunakan media yang ada secara tepat, dan efisisien. Semua yang ada di sekeliling kita adalah media. Tugas guru adalah sejauh mana bisa memanfaatkan benda yang ada di sekitar kita menjadi media yang tepat, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan mampu memberikan hasil yang maksimal.
B.
MEDIA PEMBELAJARAN
Kata Media sendiri berasal dari
bahasa Latin medius dan merupakan
bentuk jamak dari kata Medium yang
secara harfiah berarti “perantara“ atau “pengantar”. Media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Beberapa pakar mendefinisikan media pembelajaran
ini
sebagai seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah
dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3), Media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Scram (1977). Sementara, NEA, 1969 mengemukakan media
merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk
teknologi perangkat kerasnya. Briggs (1970) berpendapat media adalah bantu
untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Lain lagi dengan pendapat Miarso (1989)
bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar
Dari berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa para pakar memposisikan media sebagai suatu alat atau
sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan
media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti
oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media
dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak
didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
C. KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam
teori belajar konstruktivisma pengetahuan
tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif
memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan
kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan
ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata
lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Ada
tiga hal yang harus menjadi perhatian Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat
kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Dua prinsip utama
dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.
Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif
oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan
membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dalam
pembelajaran berdasarkan teori kontruktivisme, guru harus
- memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
- memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
- memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
- memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
- mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,
- menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.
Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar guru dapat mengkondisikan
keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok,
penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya
mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh
informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa
dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.
Keterlibatan siswa ini diantaranya berupa pembuatan media
pembelajaran baik yang berupa display maupun yang berbasis ICT. Dengan pembuatan
media pembelajaran oleh siswa dimaksudkan agar siswa mampu mengkontruksi
sendiri pengalaman belajarnya. Hasil dari pengkontruksian pengalaman
belajarnya, dapat dituangkan secara nyata kedalam media pembelajaran. Dengan
melibatkan siswa secara langsung, pengalaman belajarnya menjadi lebih bermakna
dan berkualitas. Hal yang tak kalah pentingnya adalah kebanggaan yang dimiliki
oleh siswa karena karyanya dapat dipajang dan didokumentasikan.
D.
PENUTUP
Media pembelajaran merupakan hal yang penting dan tidak boleh
dilupakan dalam setiap proses pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran yang
sesuai sangat bermakna dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika,
disamping faktor –faktor yang lain.
Keterlibatan siswa dalam pembuatan media pembelajaran
diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan dan bermakna
bagi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar