Minggu, 20 Oktober 2013

Write Your Idea, Please!! Gak Usah Takut Menulis, Friend!

http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/21/write-your-idea-please-gak-usah-takut-menulis-friend-585432.htmlSejak dulu, aku suka menulis cerita dan puisi. Cerita-cerita sederhana dan puisi-puisi singkat. Tetapi, aku tidak punya keberanian untuk menunjukkan kepada orang lain. Berbagai perasaan menghantui hatiku. Jangan-jangan tulisanku jelek, jangan-jangan bahasaku gak sesuai, jangan-jangan aku nanti ditertawakan oleh mereka yang membaca tulisanku. Berbagai kata “jangan-jangan” seolah membelenggu keberanianku untuk mempublikasikan tulisan-tulisanku.

Suatu hari, seorang sahabat mengingatkan aku. “Lis, be a creative, jangan diam saja. Write your idea, please!!” Lha aku khan sudah banyak menuliskan ide-ideku, jawabku. Temanku malah mencela aku “Lha gae opo tulisan-tulisan itu klo cuma kamu doang yang baca. Kalau ada orang lain yang baca, setidaknya khan ada yang kamu tulari semangat menulismu”

Deg!! Sebuah sentilan yang cukup men”colek” egoku. Iya ya,,,,kalau aku tetap malu dan dibayangi kata-kata “jangan-jangan”, semua karya tulisku bakalan berakhir di tempat sampah atau di laptopku doang. Aku harus berani, ,,,,,, berani menanggung malu, maksudku!

Awal, kucoba mengcopy pengalaman mengajarku di catatan akun facebookku. Wow,,,,,,ternyata banyak komentar dari teman-temanku yang membuat aku bersemangat. Yes yes yes,,,,,,,, rasa malu itu langsung hilang, berganti dengan kegembiraanku menuliskan setiap peristiwa yang berkesan dalam keseharianku.
Tulisan demi tulisan aku tuang dalam catatan akun facebook ku. Sebuah catatan  kupersembahkan kepada ibuku. Beliau ingin sekali aku menuliskan perjalanan hidupnya sebagai guru.

Pelajaran yang dapat aku petik adalah jangan pernah takut untuk memulai. Ketakutan untuk memulai adalah ibarat melihat pada sebuah pintu tertutup. Ketika masih tertutup, ada bayangan-bayangan tentang hantu si “entah” di balik pintu itu. Tetapi ketika kita membuka pintu itu, tak kita temukan apa-apa, bayangan-bayangan itu hanyalah imajinasi semu kita.

Pelajaran kedua, kalau ingin menulis,,,, ya tulis saja. Soal ejaan dan bahasa, bisa diperbaiki kemudian. Kalau tidak bisa menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia baku, ya tulis aja dalam bahasa yang kita pakai.
Pelajaran ketiga, inti dari menulis kan tersampaikannya ide kita pada pembaca. So,,,,,baik atau jelek tulisan kita,,,,so what gitu lho!!! Woles aja!! (http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/21/write-your-idea-please-gak-usah-takut-menulis-friend-585432.html)

Senin, 06 Mei 2013

MENGAJAR DENGAN HATI



MENGAJAR DENGAN HATI
Oleh
Lilis Setiyorini, S.Pd
SMP Negeri 2 Benjeng
A.    MENGAJAR
Seorang guru harus memiliki kemampuan mengajar. Kemampuan mengajar selain merupakan bakat juga bisa merupakan keahlian yang dapat dipelajari sehingga pada dasarnya semua orang bisa menjadi guru. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam menambah kemampuan mengajar adalah kemampuan menghadapi siswa yang beragam. Guru harus mampu mengakomodir semua keinginan siswanya.
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar.  Mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar. Guru berupaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karenanya belajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh peserta didiknya. (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02/pengertian-mengajar.html)
Menurut Raka Joni (dalam Sardiman , 2003:54) : Mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi. (http://carapedia.com/pengertian_definisi_mengajar_info2155.html)
Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami siswa. Dalam proses ini, ada individu-individu berperan  yaitu siswa itu sendiri dan guru sebagai pengajar.
B.     KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Siswa SMP berada pada fase masa remaja (pubertas) awal. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. (Ahmadi, A. 1991)
Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian. (http://jagad-ilmu.blogspot.com/2009/08/karakteristik-anak-usia-smp-remaja-bab.html)
Pada fase ini, siswa ingin dipahami, bukan didoktrin “kamu harus ini, kamu harus itu”. Keteladanan dan kasih sayang menjadi hal yang sangat signifikan dalam pembentukan karakternya. Dengan memahami karakteristik siswa, diharapkan terbentuk kepribadian yang terpadu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan.

C.     MENGAJAR DENGAN HATI
Guru adalah sebuah profesi yang sangat istimewa.  Segala perilaku dan tutur guru akan menjadi tauladan bagi siswa.  Wawasan dan keahliannya akan membentuk pandangan dan sikap siswa terhadap kehidupan. Tetapi banyak guru yang  merasa bahwa  profesinya kalah hebat dari profesi yang lain.  
Jika rasa bangga tidak ada dalam benak setiap guru maka akan berdampak kepada kinerja dan profesinalitasnya. Mereka akan cenderung asal bekerja dan apa adanya tanpa kreativitas, kurang bertanggung jawab dan selalu mengeluh dan menyalahkan siswa. Karena rasa bangga sebenarnya akan melahirkan rasa kecintaan terhadap profesi, tanpa rasa cinta terhadap profesi ini maka setiap guru tidak akan bisa bekerja dengan hati. Guru adalah profesi yang banyak berkomunikasi. Komunikasi akan efektif  jika dilakukan dengan sepenuh hati.
Berbeda dengan seorang guru yang memiliki rasa kebanggaan akan profesi yang digelutinya, hatinya akan penuh dengan ketulusan dan kesungguhan. Hati mereka penuh rasa cinta kepada semua siswanya, kreativitas akan terus mereka gali, mereka akan terus belajar tanpa henti, dan menciptakan inovasi-inovasi dan media-media belajar yang dapat memudahkan peserta didiknya dalam belajar.
Guru harus bangga menjadi seorang guru. Guru harus melakukan tugasnya dengan hati, adapun faktor-faktor lain harus dipandang sebagai akibat.
Seorang guru yang mengajar dengan hati selalu mau tahu dan belajar segala hal yang baru soal pendidikan,  tidak mudah patah semangat oleh konflik, punya kehidupan lain setelah mengajar, sabar soal kesejahteraan , mengartikan semua hal sebagai kesempatan belajar, hormat pada senior, dan mau berbagi dengan yunior, punya persiapan sebelum mengajar,  punya jurus ampuh menguasai kelas, selalu mengevaluasi hasil mengajarnya, tidak melulu menyalahkan siswa atau guru sebelumnya atas sebuah kegagalan yang dialaminya dan memberikan contoh yang baik bagi anak didiknya
Pada dasarnya, guru yang mengajar dengan hati, menempatkan keteladanan dan kasih sayang sebagai dasar dan pijakan dalam  mendidik.  

D.    PENUTUP
Tanggung jawab guru tidak hanya pada tataran administrasi dan kelembagaan/kedinasan bagaimana siswanya bisa lulus dari suatu jenjang pendidikan atau memperoleh nilai-nilai yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan. Tetapi bagaimana guru memberi makna pada proses kegiatan belajar yang dialami siswa. Mengajar dengan hati, akan memberi makna bagi proses tersebut. Menempatkan keteladanan dan kasih sayang sebagai dasar dan pijakan dalam  mendidik, akan menjadi hal yang sangat signifikan dalam pembentukan karakter siswa

Selasa, 05 Maret 2013

Belajar Matematika Bermakna

BELAJAR MATEMATIKA BERMAKNA

Kuberi  warna, agar proses ini lebih bermakna
Kusiapkan pena, berilah kertas itu tanda
Tulislah, lukislah makna yang kau tangkap, nanda!
(Bersama anak-anak hebat di kelas 7F SMP Negeri 2 Benjeng Gresik)















Senin, 04 Maret 2013

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN



MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN  MEDIA PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
Lilis Setiyorini, S.Pd
SMP Negeri 2 Benjeng


A.    PEMBELAJARAN  MATEMATIKA

Tujuan pembelajaran matematika adalah   terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis , sistematis, dan memiliki sifat   obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. 

Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan.  Pembelajaran dan pemahaman siswa SMP terhadap matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran matematika di SMP cenderung ceramah dan kurang terkait  dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode  ceramah  sehingga  konsep-konsep  akademik  kurang  bisa  atau  sulit  dipahami.  

Sementara  itu  kebanyakan  guru  dalam  mengajar  masih  kurang  memperhatikan  kemampuan  berpikir  siswa,  pembelajaran kurang  bermakna bagi siswa, monoton, metode yang digunakan kurang bervariasi, kurangnya media pembelajaran. Akibatnya kebosanan tumbuh pada siswa sehingga minat   dan motivasi belajar siswa menjadi sulit dikembangkan. Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya untuk diadakan pembaharuan,  inovasi ataupun gerakan perubahan mindset ke arah pencapaian tujuan pendidikan di atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna  mengoptimalkan  potensi  siswa. Upaya-upaya  guru  dalam  mengatur  dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam  keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode,  strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru. Siswa diarahkan pada kegiatan pembelajaran yang bisa membawa perubahan pada dirinya secara terencana. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain: guru, bahan/materi,  berbagai sumber belajar, dan media pembelajaran. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Siswa bisa belajar melalui  media. Karena itu, siswa dapat berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain.  Guru dituntut untuk mampu memilih, membuat sendiri atau  menggunakan media yang ada secara tepat, dan efisisien. Semua yang ada di sekeliling kita adalah media. Tugas guru adalah  sejauh mana bisa memanfaatkan  benda yang ada di sekitar kita menjadi media yang tepat, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan mampu memberikan hasil yang maksimal.

B.     MEDIA PEMBELAJARAN
         Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “perantara“ atau “pengantar”. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Beberapa pakar mendefinisikan media pembelajaran ini sebagai seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3), Media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Scram (1977).  Sementara, NEA, 1969 mengemukakan media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Briggs (1970) berpendapat media adalah bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Lain lagi dengan pendapat Miarso (1989)  bahwa media adalah  segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar
         Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa para pakar  memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.



C.     KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN
         Dalam teori belajar konstruktivisma pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
         Ada tiga hal yang harus menjadi perhatian Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
         Dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
         Dalam pembelajaran berdasarkan teori kontruktivisme, guru harus
  1. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, 
  2. memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, 
  3. memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
  4.  memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, 
  5. mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,  
  6. menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat mengkondisikan keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok, penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.

Keterlibatan siswa ini diantaranya berupa pembuatan media pembelajaran baik yang berupa display maupun yang berbasis ICT. Dengan pembuatan media pembelajaran oleh siswa dimaksudkan agar siswa mampu mengkontruksi sendiri pengalaman belajarnya. Hasil dari pengkontruksian pengalaman belajarnya, dapat dituangkan secara nyata kedalam media pembelajaran. Dengan melibatkan siswa secara langsung, pengalaman belajarnya menjadi lebih bermakna dan berkualitas. Hal yang tak kalah pentingnya adalah kebanggaan yang dimiliki oleh siswa karena karyanya dapat dipajang dan didokumentasikan.

D.    PENUTUP

Media pembelajaran merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan dalam setiap proses pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran yang sesuai sangat bermakna dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, disamping faktor –faktor yang lain.

Keterlibatan siswa dalam pembuatan media pembelajaran diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan dan bermakna bagi siswa.






Rabu, 27 Februari 2013

FUN WITH MATHEMATIC



MATHEMATIC ACTIVITY IN 7F CLASS
Belajar tentang anggota himpunan dengan memanfaatkan botol/gelas plastik bekas untuk mengidentifikasi anggota dan bukan anggota 





Fun with mathematic