PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Lilis Setiyorini
Abstrak : Penelitian
Tindakan Kelas (PTK} dimaksudkan untuk
mengkaji bagaimana meningkatkan hasil
belajar matematika materi Pangkat Tak Sebenarnya melalui penerapan model
pembelajaran Kooperatif Number Head Together di kelas IXA SMPN 2 Benjeng,
Gresik. Sintaks model pembelajaran Kooperatif NHT yang peneliti tawarkan
meliputi pendahuluan, pembentukan kelompok kecil, kerja kelompok, pajangan,
kegiatan belajar, presentasi kelompok dan penutup. Menggunakan pembelajaran
tipe NHT , peneliti menyimpulkan bahwa: 1) penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pangkat
tak sebenarnya. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran matematika materi pangkat tak
sebenarnya.
Kata Kunci :
Pembelajaran Kooperatif, Number Head Together, Prestasi Belajar, Matematika
Pendahuluan
Belajar mengajar di
sekolah merupakan serangkaian kegiatan secara sadar dan terencana. Dengan
adanya rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa
akan mendukung keberhasilan pembelajaran di sekolah. Rencana pelaksanaan
pembelajaran diupayakan agar peserta didik dapat belajar secara maksimal dan termotifasi,
tertantang untuk mendapatkan hasil
belajar secara maksimal pula.
Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya
manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Usaha meningkatkan kemampuan guru
dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekedar
mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti
usaha menolong si pelajar agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat
menerapkan konsep yang dipahami.
Beberapa kendala penulis
temui dalam pelaksanaan pembelajaran di
SMP Negeri 2 Benjeng. . Rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil
ulangan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata ulangan harian siswa kelas IX
ternyata kurang dari 60. Hal ini jauh dari batas ketuntasan belajar
minimal (KKM) yaitu 70. Nilai tersebut berada dibawah standar
ketuntasan yang diharapkan Kurangnya antusias siswa untuk belajar, siswa yang
cenderung pasif dan menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam, enggan,
dan malu dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapa menjadi kendala lainnya. Dari
hasil diskusi dengan rekan sejawat dalam MGMP BERMUTU, pembelajaran yang
dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional
yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Hal ini bertentangan dengan
prinsip dalam pembelajaran matematika, siswa mesti dilibatkan secara mental,
fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran teori dan
konsep-konsep matematika yang dipelajarinya. Selain itu, guru kurang
mengimlementasikan konsep-konsep matematika ke dunia nyata.
Untuk mengatasi
permasalahan itu maka dipandang perlu mencobakan suatu tindakan alternatif
untuk mengatasi masalah yang ada berupa
penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan
memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran
kooperatif tumbuh dari tatanan masyarakat
yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran
aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan. Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif
menciptakan suasana yang berbeda, mengubah peran guru sebagai fasilitator dan
pengelola aktivitas kelompok kecil. Peran guru yang selama ini dominan akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih
untuk mengerjakan berbagai permasalahan secara madiri. Beberapa teman guru yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran
tersebut dengan beberapa tipe telah memberikan masukan yang berarti bagi
sekolah, guru dan terutama siswa dalam meningkatkan prestasi. Olehnya itu saya bersama teman guru yang lainnya ingin melaksanakan pembelajaran kooperatif
melalui pendekatan struktural tipe Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih
memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggungjawab penuh untuk memahami
materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep
Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan
lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah yaitu 1)Penomoran,
2)Pengajuan pertanyaan, 3)Berpikir bersama, dan 4)Pemberian jawaban.
Peneliti berharap siswa semakin
termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran
dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton. Bagi guru dapat
meningkatkan mutu pembelajaran matematika dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran serta dapat memberikan masukan yang
baik pada sekolah dalam rangka perbaikan atau meningkatan kualitas pembelajaran.
Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan 2 siklus, dengan masing-masing siklus sebanyak 2 pertemuan. Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Benjeng Gresik kelas IX A
pada bulan Nopember 2010 sampai Januari 2011. Sasaran penelitian adalah siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Benjeng Gresik
tahun pelajaran 2010/2011. Kelas 9A sejumlah 36 siswa terdiri dari 22 siswa
putra dan 14 siswa putri dengan kemampuan akademik yang sangat beragam.
Demikian juga minatnya terhadap matematika.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu apabila 75% siswa mampu memecahkan masalah Pangkat Tak Sebenarnya dengan nilai minimum 70.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.
Data Kuantitatif
yaitu data yang diperoleh dari hasil tes bentuk essay pada akhir setiap
siklus I dan II yaitu untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
Pangkat Tak Sebenarnya. . Data Kualitatif adalah data yang diperoleh dari observasi lapangan terhadap guru
dan siswa pada setiap proses pembelajaran.
Observasi aktivitas siswa dilakukan oleh kolaborator dengan menggunakan
tabel pengamatan. Yang berperan melaksanakan pembelajaran model kooperatif tipe NHT adalah Peneliti/penulis sebagai pengampu mata pelajaran matematika di kelas tersebut
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dilakukan
evaluasi yang dikerjakan siswa pada pos test
dengan teknik dan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah Pangkat Tak Sebenarnya, peneliti menggunakan instrumen berupa
tes uraian yang
dilaksanakan pada akhir pertemuan pada siklus I dan siklus II.
Untuk mengetahui penerapan pembelajaran model kooperatif tipe NHT dilakukan pengamatan terhadap aktivitas
siswa dan guru dengan menggunakan tabel pengamatan.
Hal – hal yang diamati terhadap siswa adalah 1)siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok , 2) siswa menjawab pertanyaan / permasalahan yang diajukan oleh
anggota kelompok yang lain , 3)siswa
yang nomernya dipanggil oleh guru menyelesaikan permasalahan yang diberikan
oleh guru., dan pada 4) siswa mengerjakan latihan mandiri yang diberikan sebagai evaluasi pada
pertemuan itu.
Selain hal tersebut, diamati pula aktivitas siswa yang berkaitan
dengan pola tingkah lakunya,
yaitu frekuensi siswa ijin keluar kelas / ke kamar kecil, minatnya yang
diidentifikasi dari sikap diam tidak
mengerjakan sesuai perintah, dan bergurau dengan siswa lain,. Dari aktivitas
siswa dalam kelompok diamati apakah siswa mengerjakan LKS sendiri/ berkelompok,
bertanya kepada siswa lain, apakah siswa mampu menyampaikan gagasan pada teman
kelompok dan pada kelas serta memberi
tanggapan pada penjelasan siswa lain
Hasil dan Pembahasan
a.
Siklus I.
Pertemuan 1 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 12 Januari 2011 jam ke 5-6. Materi pembelajaran pada
pertemuan 1 siklus I adalah Mengubah
bentuk akar suatu bilangan bulat menjadi bilangan berpangkat pecahan dan
sebaliknya.
Awal pertemuan didalam kelas,
guru, mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru selanjutnya membagi
siswa menjadi enam kelompok, beranggota enam orang. Kemudian guru membagikan
kartu, . siswa diminta untuk memberi
nomer 1 sampai 6 berdasarkan kesepakatan kelompok. Nama kelompok diambil dari
nama tokoh atau istilah matematika dan penamaan kelompok berdasarkan
kesepakatan kelompok masing-masing. Nama kelompok yang dipilih oleh siswa
adalah Archimedes, Pythagoras, Pascal, Thales, Boylle dan Algebra. Anggota kelompok melekatkan kartu nomor di dada
sebelah kiri. Kartu ini berguna pada pengamatan oleh observer. Setelah siswa
semuanya dalam keadaan siap, guru memberikan rambu-rambu aturan main dalam
pembelajaran model kooperatif NHT. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Setelah itu guru membagikan LKS
untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu untuk membagi
kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan main
pembelajaran dan membagi LKS sekitar 20 menit. Waktu pembahasan LKS di kelompok
kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak sebagai
fasilitator. Beberapa anak masih bercanda dan tidak mau mengerjakan LKS. Beberapa anak masih
belum mau berdiskusi dengan teman kelompoknya.
Sebelum pelaksanaan, guru
telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari
karton, papan display, kotak yang berisi nomer dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok,
guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang
dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut
bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan
dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan
“tanda bintang” untuk kelompoknya. Beberapa siswa yang dipanggil nomer dan nama
kelompoknya masih malu-malu memberikan penjelasan. Beberapa siswa masih suka
menggoda jika ada temannya yang maju menjelaskan permasalahan. Kegiatan ini
berlangsung selama 25 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi
mandiri selama 15 menit.
Setelah guru menyimpulkan
hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan
hasil terbaik.
Pertemuan 2 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari Sabtu, tanggal 15 Januari 2011 jam ke 3-4.
Materi pembelajaran pada
pertemuan 2 siklus I adalah melakukan
operasi penjumlahan dan pengurangan yang
melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar.
Awal pertemuan didalam kelas,
guru, mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru meminta siswa untuk berada di dalam kelompoknya.
Anggota kelompok melekatkan kartu nomor sesuai
dengan kreatifitas masing-masing. Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru
mengingatkan rambu-rambu aturan main dalam pembelajaran model kooperatif NHT.
Aris dan beberapa siswa yang lain menanyakan perolehan bintang yang didapat
oleh kelompok mereka. Guru juga menyampaikan perolehan bintang yang diperoleh
kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Setelah itu guru membagikan LKS
untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu untuk membagi
kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan main
pembelajaran dan membagi LKS sekitar 10
menit. Waktu pembahasan LKS di kelompok kurang lebih 20 menit. Guru
berkeliling ke kelompok dan bertindak sebagai fasilitator. Beberapa siswa masih
bercanda dan enggan mengerjakan LKS. Beberapa anak ijin untuk ke kamar kecil.
Sebelum pelaksanaan, guru
telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari
karton, papan display, kotak yang berisi nomor dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok,
guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang
dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut
bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan
dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan
“tanda bintang” untuk kelompoknya. Pada pertemuan kedua ini, anak-anak sudah
nulai percaya diri untuk menjelaskan permasalahan yang diampaikan guru. Masih
ada yang suka nyeletuk bercanda, tetapi sudah mulai berkurang. Hanya ada 2 anak
yang ijin ke kamar kecil, tetapi segera masuk kembali. Ada 3 anak yang
dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan matematika. Kegiatan ini berlangsung
selama 25 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri
selama 15 menit.
Setelah guru menyimpulkan
hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan
hasil terbaik.
Refleksi Siklus I
1.
Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Pada siklus 1 penelitian ini dilaksanakan tindakan dengan
menerapkan pembelajaran model kooperatif tipe NHT , yang ter diri atas 4 (empat
) fase, yaitu ; penyajian masalah, mengorganisir kelas, pelaksanaan kegiatan/
diskusi dan presentasi , memberikan kesimpulan dan penghargaan( lihat Lampiran
RPP). Penerapan tindakan ini (kooperatif tipe NHT) untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan cara diskusi/presentasi
berdasarkan nomer. Untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat
dilihat dari LKS ( Lembar Kerja Siswa) dan post test .
Hasil tes pada pertemuan 1 siklus 1 menunjukkan bahwa
siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 8 orang (22%), dan yang memperoleh
nilai dibawah 70 adalah 28 orang (78%) .
Nilai tertinggi yang dicapai adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 25.
Rata-rata nilai tes pada pertemuan 1 siklus 1 adalah 54,3. Indicator
keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah
dengan nilai minimal 70. Data tersebut
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 1 siklus 1 belum
mencapai indicator keberhasilan.
Hasil tes pada pertemuan 2 siklus 1 menunjukkan bahwa
siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 15 orang (33%), dan yang
memperoleh nilai dibawah 70 adalah 21
orang (67%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 90 dan nilai terendahnya
adalah 25. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 2 siklus 1 adalah 64,7. Indicator
keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah
dengan nilai minimal 70. Data tersebut
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 2 siklus 1 belum
mencapai indicator keberhasilan. Tetapi, terdapat perkembangan yang siknifikan
dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa.
Rata-rata nilai tes pada siklus 1 adalah 59,5
Berdasarkan
pengamatan selama pelaksanaan pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus I ada beberapa
kelemahan yang menjadi penyebab ketidak berhasilan tersebut antara lain :
1.
Setting siswa dalam berkelompok
masih belum maksimal.
2.
LKS sudah mendukung pembelajaran,
tetapi terlalu padat.
3.
Aturan permainan dalam pembelajaran
model kooperatif tipe NHT masih belum dipahami oleh siswa.
4.
Alokasi waktu pengerjaan LKS dan
diskusi kelompok dirasa sangat kurang.
5.
Alokasi waktu pengerjaan soal
latihan mandiri ternyata sangat minim.
b.
Siklus II
Pertemuan 1 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 19 Januari 2011 jam ke 5-6.
Materi pembelajaran pada
pertemuan 1 siklus II adalah Melakukan
operasi perkalian dan pembagian yang
melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar.
Awal pertemuan didalam kelas,
guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru meminta siswa untuk berada di dalam kelompoknya. Siswa
dengan cepat segera ke kelompoknya. Anggota
kelompok melekatkan kartu nomor sesuai dengan kreatifitas masing-masing.
Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru memberikan rambu-rambu aturan
main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Asmaul, Hajar dan Dikey
mengusulkan agar pemberian bintang tidak hanya untuk kelompok yang anggotanya
dapat menjelaskan permasalahan yang diberikan, tetapi juga diberikan jika ada kelompok yang anggotanya
ikut memberikan saran. Danas dan Dessy menyarankan agar kelompok yang
anggotanya bercanda terus dan tidak serius dikurangi nilainya. Kedua usul itu
diterima oleh seluruh kelas dan disepakati. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Setelah itu
guru membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Interval waktu
untuk membagi kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran, rambu-rambu aturan
main pembelajaran dan membagi LKS sekitar 5 menit. Waktu pembahasan LKS di
kelompok kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak
sebagai fasilitator. Beberapa anak masih bercanda tetapi mau mengerjakan LKS. Sebagian besar siswa
sudah melakukan diskusi kelompok. Untuk siswa yang berkemampuan tinggi,
berusaha menerangkan kepada anggota yang lain.
Sebelum pelaksanaan, guru
telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari
karton, papan display, kotak yang berisi nomer dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok,
guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang
dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut
bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan
dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan
“tanda bintang” untuk kelompoknya. Beberapa siswa yang dipanggil nomer dan nama
kelompoknya tanpa malu-malu memberikan penjelasan. Seluruh siswa memberikan
tepuk tangan jika ada nomer kelompok terpilih untuk maju. Kegiatan ini
berlangsung selama 25 menit. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi
mandiri selama 25 menit.
Setelah guru menyimpulkan
hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan
hasil terbaik.
Pertemuan 2 (80 menit)
Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari Sabtu, tanggal 22 Januari 2011 jam ke 3-4.
Materi pembelajaran pada
pertemuan 2 siklus I I adalah melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan bilangan
berpangkat bulat dan bentuk akar.
Awal pertemuan didalam kelas,
guru, mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Tanpa diminta, siswa sudah
berada di dalam kelompoknya. Anggota
kelompok melekatkan kartu nomor sesuai dengan kreatifitas masing-masing.
Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, guru mengingatkan rambu-rambu aturan
main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Beberapa siswa menanyakan
perolehan bintang yang didapat oleh kelompok mereka. Guru juga menyampaikan
perolehan bintang yang diperoleh kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi
sebelumnya. Sebelum guru membagi LKS, guru meminta seluruh siswa berdiri dan
bertepuk tangan terhadap situasi kelas IXA yang gembira tetapi tenang dan
terarah. Setelah itu guru membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam
kelompok. Interval waktu untuk membagi kelompok, menyampaikan tujuan
pembelajaran, rambu-rambu aturan main pembelajaran dan membagi LKS sekitar
10 menit. Waktu pembahasan LKS di
kelompok kurang lebih 20 menit. Guru berkeliling ke kelompok dan bertindak
sebagai fasilitator. Seluruh siswa mengerjakan LKS, diskusi kelompok telah
banyak dilakukan. Meskipun sambil bercanda, Adi Mulyo dan Sodikun tetap antusias bertanya kepada teman
yang lain.
Sebelum pelaksanaan, guru
telah menyiapkan beberapa perlengkapan, yaitu tanda bintang yang terbuat dari
karton, papan display, kotak yang berisi nomor dan nama kelompok.
Setelah diskusi kelompok,
guru mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Siswa yang
dipanggil, akan diberikan permasalahan matematika dari guru. Siswa tersebut
bertugas memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Jika permasalahan
dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka siswa tersebut diberikan
“tanda bintang” untuk kelompoknya. Pada pertemuan keempat ini ini, anak-anak
antusias dan percaya diri untuk
menjelaskan permasalahan yang disampaikan guru. Tidak ada satupun anak yang
keluar pada saat pembelajaran. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit.
Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri selama 25
menit.Setelah guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, guru memberikan
penghargaan pada kelompok dengan hasil terbaik.
Hasil tes pada pertemuan 1 siklus II menunjukkan bahwa
siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 24 orang (67%), dan yang
memperoleh nilai dibawah 70 adalah 12
orang (33%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya
adalah 30. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 1 siklus 1 adalah 71,8. Indicator
keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah
dengan nilai minimal 70. Data tersebut menunjukkan
bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 1 siklus 1 belum mencapai indicator
keberhasilan. Tetapi, terdapat perkembangan yang siknifikan dari nilai
rata-rata yang diperoleh siswa.
Hasil tes pada pertemuan 2 siklus II menunjukkan bahwa
siswa yang memperoleh nilai diatas 70 adalah 30 orang (83%), dan yang
memperoleh nilai dibawah 70 adalah 6
orang (17%) . Nilai tertinggi yang dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya
adalah 55. Rata-rata nilai tes pada pertemuan 2 siklus 1 adalah 64,7. Indicator
keberhasilan pada PTK ini yaitu 75% dari jumlah siswa dapat memecahkan masalah
dengan nilai minimal 70. Data tersebut
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada pertemuan 2 siklus 1 telah
mencapai indicator keberhasilan.
Refleksi Siklus 2
Dari data dan deskripsi hasil siklus II di atas maka
indicator keberhasilan telah tercapai yaiti 75 % siswa mampu memecahkan masalah
matematika dengan nilai diatas 70. Dengan demikian penelitian ini tidak
dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
A. Pembahasan
Siklus I.
Pembelajaaran kooperatif NHT pada siklus I ini nampaknya menyenangkan bagi
siswa. Hal ini kami amati saat guru
memulai pembelajaran dengan apersepsi yang direspon siswa dengan jawaban yang
begitu antusias.
Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematiak belum memenuhi indikator yang telah
ditetapkan. Hal ini karena keaktifan siswa
yang kurang optimal, seting kelompok yang belum maksimal. Siswa masih enggan
untuk diskusi bertanya jika mengalami
kesulitan.
Siswa kurang tertib melakukan kerja
kelompok karena belum memahami aturan
main dalam pembelajaran kooperatif NHT.
Terlalu banyak permasalahan dalam
lembar kerja LKS sehingga tidak semua
materi yang ada di LKS dapat didiskusikan di kelompok. Saat siswa mendapat giliran untuk
menyelesaikan masalah di depan kelas, siswa yang lain menggoda dan berkomentar
yang tidak baik. Sesuai dengan pendapat John Dewey dalam Dimyati (1994) yang
menyatakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Dalam setiap kegiatan belajar siswa
selalu menampakkan keaktifan baik dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai
kegiatan psikis yang sulit untuk diamati.
Berdasarkan hasil analisis data di
atas maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya yaitu
guru harus berusaha mengelola kelas dengan baik, guru harus memperbaiki
cara-cara memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang diajukan
guru. Selain itu guru harus membimbing siswa dalam diskusi kelompok
menyelesaikan LKS sehingga siswa bisa
terarah dengan baik. Guru juga harus berusaha menguasai pembelajaran kooperatif
tipe NHT supaya proses pembelajaran
dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru dapat membuat suasana
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih banyak terlibat
pada saat pembelajaran. Dari hasil refleksi guru mensetting kelas lebih
terencana agar waktu lebih efektif,
memperbaiki LKS lebih sedikit
permasalahan tetapi lebih terarah pada materi pembelajaran. Selain itu, guru
membuat aturan yang lebih tegas berkenaan dengan pemberian hadiah dan sanksi.
Siklus II
Pada siklus 2 ini berlangsung 2 kali pertemuan, dengan
fase – fase pembelajaran yang sama pada fase I.
Namun ada beberapa perlakuan yang kami
rubah, atau kami lakukan berbeda dengan siklus 1. Setting kelas lebih
terencana sehingga ketika masuk kelas, siswa sudah berada pada kelompoknya
masing-masing. Materi LKS lebih singkat, tetapi mengena pada tujuan
pembelajaran. Pemberian nomor yang lebih besar sehingga lebih terlihat dan
menarik. Penulisan nama kelompok dibuat lebih bervariasi sehingga anak-anak
lebih senang. Selain itu, guru membuat aturan yang lebih tegas berkenaan dengan
pemberian hadiah dan sanksi. Aturan ini dibuat berdasarkan kesepakatan bersama
dengan siswa.
Kemudian yang kami perbaiki pada siklus 2 ini juga soal
yang lebih mengacu kepada bentuk soal pemecahan masalah dan diseseuaikan dengan
alokasi waktu yang tersedia. Setelah diterapkannya pembelajaran model
kooperatif NHT dengan beberapa perlakuan yang berbeda dari siklus 1 ternyata
kemampuan menyelesaikan masalah Matematika
Pangkat Tak Sebenarnya pada siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
pencapaian nilai tiap pertemuan. Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika Pangkat Tak
Sebenarnya siswa kelas IXA pada siklus 2
disebabkan oleh perbaikan – perbaikan yang dilakukan, seperti LKS dan
tes yang sudah dirancang untuk pemecahan masalah.
Dari deskripsi hasil diatas didapatkan bahwa tindakan pembelajaran
model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan Pangkat Tak sebenarnya.
Hal menarik dalam penelitian ini adalah tentang minat belajar
siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator, ternyata terdapat
perkembangan yang menggembirakan berkaitan dengan minat belajar siswa.
Pada pertemuan ke 1 siklus 1, ada 5 siswa yang keluar ke kamar
kecil. Pada pertemuan ke 2, jumlah anak yang ijin keluar kelas 3 orang, pada
pertemuan ke 3 dan keempat sudah tidak ada anak yang keluar kelas. Hal ini
sebagai indikasi bahwa siswa merasa
betah dan enjoy menikmati pembelajaran yang dilakukan penulis.
Keaktifan siswa juga terjadi peningkatan yang menggembirakan.
Siswa yang acuh tidak mengerjakan LKS semakin berkurang. Pda pertemuan ke 1,
ada 9 siswa yang acuh tidak mau mengerjakan, tetapi pada pertemuan ke 4,
seluruh siswa telah mengerjakan LKS. Demikian pula dengan anak yang suka
bergurau mengganggu aktifitas belajar. Pada pertemuan ke 4, siswa tekun
belajar. Meskipun ada gurauan, tetapi gurauan itu sebagai penyegar suasana dan
tidak mengganngu kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan kelompok, terjadi peningkatan yang menggembirakan.
Siswa yang semula mengerjakan LKS sendiri, sekarang mengerjakan LKS secara
berkelompok. Pada pertemuan ke 4, seluruh siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok. Siswa yang berkemampuan tinggi tidak lagi canggung untuk
menerangkan/menyampaikan gagasan pada anggota kelompok yang lain. Bahkan, tanpa diarahkan oleh guru,
mereka menunjuk salah satu siswa sebagai ketua di kelompoknya.
Ketika siswa yang lain menyampaikan penyelesaian masalah yang
dikemukakan guru, siswa tidak segan-segan memberikan tanggapan atau
menyampaikan ide-ide mereka.
Dari jurnal yang ditulis siswa, lebih dari 30
siswa merasa gembira dan senang dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Selain terjadi peningkatan minat dan keaktifan
siswa, guru juga termotivasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam
pembelajarannya.
NO
|
AKTIFITAS
|
JUMLAH
|
|||
SIKLUS 1
|
SIKLUS II
|
||||
Pert 1
|
Pert 2
|
Pert 1
|
Pert 2
|
||
1
|
Ijin keluar ke kamar kecil
|
5
|
3
|
0
|
0
|
2
|
Diam tidak mengerjakan
|
9
|
7
|
2
|
0
|
3
|
Bergurau dengan siswa lain
|
7
|
5
|
0
|
0
|
4
|
Mengerjakan LKS sendiri
|
7
|
5
|
2
|
0
|
5
|
Mengerjakan LKS berkelompok
|
13
|
26
|
32
|
36
|
6
|
Bertanya kepada siswa lain
|
5
|
10
|
15
|
25
|
7
|
Menyampaikan gagasan pada teman kelompok
|
2
|
6
|
10
|
16
|
8
|
Menyampaikan gagasan pada kelas/ memberi tanggapan pada penjelasan siswa
lain
|
3
|
4
|
8
|
10
|
Tabel aktifitas siswa
|
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Penerapan pembelajaran model kooperatif NHT dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika Pangkat Tak Sebenarnya siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Benjeng.
B. Saran
1.
Pembentukan kelompok seharusnya
dilakukan sebelum pelaksanaan sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.
2.
Perlu adanya
kesepakatan-kesepakatan antara guru dan siswa demi terlaksananya pembelajaran
yang terarah dan menyenangkan bagi siswa
3.
Untuk meningkatkan motivasi dan
minat belajar siswa, ternyata penghargaan berupa “tanda bintang” sangat menarik
dan menggembirakan siswa
4.
Jika akan diterapkan pembelajaran model kooperatif
NHT perlu adanya system kontrol yang baik oleh
guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan diskusi sehingga siswa
benar-benar memanfaatkan waktu dan memahami materi dengan baik.
C. Pelajaran
yang di petik
1. Ternyata
dengan model kooperatif NHT siswa
lebih termotivasi untuk belajar.
2. Dengan
pembelajaran yang kami tawarkan ternyata tutor
sebaya menjadi alternatif yang menggembirakan dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa
3. Dengan bekerja secara berkelompok siswa
lebih termotivasi dari dalam dirinya sendiri untuk bisa
menguasai materi yang dibahas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar