MENGAJAR
DENGAN HATI
Oleh
Lilis
Setiyorini, S.Pd
SMP
Negeri 2 Benjeng
A.
MENGAJAR
Seorang
guru harus memiliki kemampuan mengajar. Kemampuan mengajar selain merupakan
bakat juga bisa merupakan keahlian yang dapat dipelajari sehingga pada dasarnya
semua orang bisa menjadi guru. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam menambah
kemampuan mengajar adalah kemampuan menghadapi siswa yang beragam. Guru harus
mampu mengakomodir semua keinginan siswanya.
Mengajar pada
prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar. Mengajar merupakan usaha mengorganisasikan
lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran, sehingga
terjadi proses belajar mengajar. Guru berupaya menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
Mengajar adalah segala
upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karenanya
belajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan,
terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh peserta
didiknya. (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02/pengertian-mengajar.html)
Menurut Raka Joni
(dalam Sardiman , 2003:54) : Mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang
merangsang serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan
tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_mengajar_info2155.html)
Tujuan mengajar adalah
agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami siswa. Dalam proses ini,
ada individu-individu berperan yaitu
siswa itu sendiri dan guru sebagai pengajar.
B.
KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA
Siswa SMP berada pada fase masa remaja (pubertas)
awal. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut yaitu antara umur 12 – 21 tahun,
dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk
masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. (Ahmadi,
A. 1991)
Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa
aspek, yaitu dari pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir
kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan
perkembangan kepribadian. (http://jagad-ilmu.blogspot.com/2009/08/karakteristik-anak-usia-smp-remaja-bab.html)
Pada fase ini, siswa ingin dipahami, bukan didoktrin
“kamu harus ini, kamu harus itu”. Keteladanan dan kasih sayang menjadi hal yang
sangat signifikan dalam pembentukan karakternya. Dengan memahami karakteristik
siswa, diharapkan terbentuk kepribadian yang terpadu untuk bisa beradaptasi
dengan lingkungan.
C.
MENGAJAR DENGAN HATI
Guru adalah sebuah profesi yang
sangat istimewa. Segala perilaku dan
tutur guru akan menjadi tauladan bagi siswa. Wawasan dan keahliannya akan membentuk
pandangan dan sikap siswa terhadap kehidupan. Tetapi banyak guru yang merasa bahwa profesinya kalah hebat dari profesi yang lain.
Jika rasa bangga tidak ada dalam
benak setiap guru maka akan berdampak kepada kinerja dan profesinalitasnya.
Mereka akan cenderung asal bekerja dan apa adanya tanpa kreativitas, kurang
bertanggung jawab dan selalu mengeluh dan menyalahkan siswa. Karena rasa bangga
sebenarnya akan melahirkan rasa kecintaan terhadap profesi, tanpa rasa cinta
terhadap profesi ini maka setiap guru tidak akan bisa bekerja dengan hati. Guru
adalah profesi yang banyak berkomunikasi. Komunikasi akan efektif jika dilakukan dengan sepenuh hati.
Berbeda dengan seorang guru yang
memiliki rasa kebanggaan akan profesi yang digelutinya, hatinya akan penuh
dengan ketulusan dan kesungguhan. Hati mereka penuh rasa cinta kepada semua siswanya,
kreativitas akan terus mereka gali, mereka akan terus belajar tanpa henti, dan
menciptakan inovasi-inovasi dan media-media belajar yang dapat memudahkan
peserta didiknya dalam belajar.
Guru harus bangga menjadi seorang
guru. Guru harus melakukan tugasnya dengan hati, adapun faktor-faktor lain
harus dipandang sebagai akibat.
Seorang guru yang mengajar dengan
hati selalu mau tahu dan belajar segala hal yang baru soal pendidikan, tidak
mudah patah semangat oleh konflik, punya kehidupan lain setelah mengajar, sabar
soal kesejahteraan , mengartikan semua hal sebagai kesempatan belajar, hormat
pada senior, dan mau berbagi dengan yunior, punya persiapan sebelum mengajar, punya
jurus ampuh menguasai kelas, selalu mengevaluasi hasil mengajarnya, tidak
melulu menyalahkan siswa atau guru sebelumnya atas sebuah kegagalan yang
dialaminya dan memberikan contoh yang baik bagi anak didiknya
Pada dasarnya, guru yang mengajar
dengan hati, menempatkan keteladanan dan kasih sayang sebagai dasar dan pijakan
dalam mendidik.
D.
PENUTUP
Tanggung jawab guru tidak hanya pada
tataran administrasi dan kelembagaan/kedinasan bagaimana siswanya bisa lulus
dari suatu jenjang pendidikan atau memperoleh nilai-nilai yang mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan. Tetapi bagaimana guru memberi makna pada proses kegiatan
belajar yang dialami siswa. Mengajar dengan hati, akan memberi makna bagi
proses tersebut. Menempatkan keteladanan dan kasih sayang sebagai dasar dan
pijakan dalam mendidik, akan menjadi
hal yang sangat signifikan dalam pembentukan karakter siswa