Senin, 06 Mei 2013

MENGAJAR DENGAN HATI



MENGAJAR DENGAN HATI
Oleh
Lilis Setiyorini, S.Pd
SMP Negeri 2 Benjeng
A.    MENGAJAR
Seorang guru harus memiliki kemampuan mengajar. Kemampuan mengajar selain merupakan bakat juga bisa merupakan keahlian yang dapat dipelajari sehingga pada dasarnya semua orang bisa menjadi guru. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam menambah kemampuan mengajar adalah kemampuan menghadapi siswa yang beragam. Guru harus mampu mengakomodir semua keinginan siswanya.
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar.  Mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar. Guru berupaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karenanya belajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh peserta didiknya. (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02/pengertian-mengajar.html)
Menurut Raka Joni (dalam Sardiman , 2003:54) : Mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi. (http://carapedia.com/pengertian_definisi_mengajar_info2155.html)
Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami siswa. Dalam proses ini, ada individu-individu berperan  yaitu siswa itu sendiri dan guru sebagai pengajar.
B.     KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Siswa SMP berada pada fase masa remaja (pubertas) awal. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. (Ahmadi, A. 1991)
Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian. (http://jagad-ilmu.blogspot.com/2009/08/karakteristik-anak-usia-smp-remaja-bab.html)
Pada fase ini, siswa ingin dipahami, bukan didoktrin “kamu harus ini, kamu harus itu”. Keteladanan dan kasih sayang menjadi hal yang sangat signifikan dalam pembentukan karakternya. Dengan memahami karakteristik siswa, diharapkan terbentuk kepribadian yang terpadu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan.

C.     MENGAJAR DENGAN HATI
Guru adalah sebuah profesi yang sangat istimewa.  Segala perilaku dan tutur guru akan menjadi tauladan bagi siswa.  Wawasan dan keahliannya akan membentuk pandangan dan sikap siswa terhadap kehidupan. Tetapi banyak guru yang  merasa bahwa  profesinya kalah hebat dari profesi yang lain.  
Jika rasa bangga tidak ada dalam benak setiap guru maka akan berdampak kepada kinerja dan profesinalitasnya. Mereka akan cenderung asal bekerja dan apa adanya tanpa kreativitas, kurang bertanggung jawab dan selalu mengeluh dan menyalahkan siswa. Karena rasa bangga sebenarnya akan melahirkan rasa kecintaan terhadap profesi, tanpa rasa cinta terhadap profesi ini maka setiap guru tidak akan bisa bekerja dengan hati. Guru adalah profesi yang banyak berkomunikasi. Komunikasi akan efektif  jika dilakukan dengan sepenuh hati.
Berbeda dengan seorang guru yang memiliki rasa kebanggaan akan profesi yang digelutinya, hatinya akan penuh dengan ketulusan dan kesungguhan. Hati mereka penuh rasa cinta kepada semua siswanya, kreativitas akan terus mereka gali, mereka akan terus belajar tanpa henti, dan menciptakan inovasi-inovasi dan media-media belajar yang dapat memudahkan peserta didiknya dalam belajar.
Guru harus bangga menjadi seorang guru. Guru harus melakukan tugasnya dengan hati, adapun faktor-faktor lain harus dipandang sebagai akibat.
Seorang guru yang mengajar dengan hati selalu mau tahu dan belajar segala hal yang baru soal pendidikan,  tidak mudah patah semangat oleh konflik, punya kehidupan lain setelah mengajar, sabar soal kesejahteraan , mengartikan semua hal sebagai kesempatan belajar, hormat pada senior, dan mau berbagi dengan yunior, punya persiapan sebelum mengajar,  punya jurus ampuh menguasai kelas, selalu mengevaluasi hasil mengajarnya, tidak melulu menyalahkan siswa atau guru sebelumnya atas sebuah kegagalan yang dialaminya dan memberikan contoh yang baik bagi anak didiknya
Pada dasarnya, guru yang mengajar dengan hati, menempatkan keteladanan dan kasih sayang sebagai dasar dan pijakan dalam  mendidik.  

D.    PENUTUP
Tanggung jawab guru tidak hanya pada tataran administrasi dan kelembagaan/kedinasan bagaimana siswanya bisa lulus dari suatu jenjang pendidikan atau memperoleh nilai-nilai yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan. Tetapi bagaimana guru memberi makna pada proses kegiatan belajar yang dialami siswa. Mengajar dengan hati, akan memberi makna bagi proses tersebut. Menempatkan keteladanan dan kasih sayang sebagai dasar dan pijakan dalam  mendidik, akan menjadi hal yang sangat signifikan dalam pembentukan karakter siswa