Selasa, 05 Maret 2013

Belajar Matematika Bermakna

BELAJAR MATEMATIKA BERMAKNA

Kuberi  warna, agar proses ini lebih bermakna
Kusiapkan pena, berilah kertas itu tanda
Tulislah, lukislah makna yang kau tangkap, nanda!
(Bersama anak-anak hebat di kelas 7F SMP Negeri 2 Benjeng Gresik)















Senin, 04 Maret 2013

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN



MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN  MEDIA PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
Lilis Setiyorini, S.Pd
SMP Negeri 2 Benjeng


A.    PEMBELAJARAN  MATEMATIKA

Tujuan pembelajaran matematika adalah   terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis , sistematis, dan memiliki sifat   obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. 

Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan.  Pembelajaran dan pemahaman siswa SMP terhadap matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran matematika di SMP cenderung ceramah dan kurang terkait  dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode  ceramah  sehingga  konsep-konsep  akademik  kurang  bisa  atau  sulit  dipahami.  

Sementara  itu  kebanyakan  guru  dalam  mengajar  masih  kurang  memperhatikan  kemampuan  berpikir  siswa,  pembelajaran kurang  bermakna bagi siswa, monoton, metode yang digunakan kurang bervariasi, kurangnya media pembelajaran. Akibatnya kebosanan tumbuh pada siswa sehingga minat   dan motivasi belajar siswa menjadi sulit dikembangkan. Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya untuk diadakan pembaharuan,  inovasi ataupun gerakan perubahan mindset ke arah pencapaian tujuan pendidikan di atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna  mengoptimalkan  potensi  siswa. Upaya-upaya  guru  dalam  mengatur  dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam  keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode,  strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru. Siswa diarahkan pada kegiatan pembelajaran yang bisa membawa perubahan pada dirinya secara terencana. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain: guru, bahan/materi,  berbagai sumber belajar, dan media pembelajaran. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Siswa bisa belajar melalui  media. Karena itu, siswa dapat berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain.  Guru dituntut untuk mampu memilih, membuat sendiri atau  menggunakan media yang ada secara tepat, dan efisisien. Semua yang ada di sekeliling kita adalah media. Tugas guru adalah  sejauh mana bisa memanfaatkan  benda yang ada di sekitar kita menjadi media yang tepat, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan mampu memberikan hasil yang maksimal.

B.     MEDIA PEMBELAJARAN
         Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “perantara“ atau “pengantar”. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Beberapa pakar mendefinisikan media pembelajaran ini sebagai seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3), Media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Scram (1977).  Sementara, NEA, 1969 mengemukakan media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Briggs (1970) berpendapat media adalah bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Lain lagi dengan pendapat Miarso (1989)  bahwa media adalah  segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar
         Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa para pakar  memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.



C.     KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN
         Dalam teori belajar konstruktivisma pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
         Ada tiga hal yang harus menjadi perhatian Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
         Dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
         Dalam pembelajaran berdasarkan teori kontruktivisme, guru harus
  1. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, 
  2. memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, 
  3. memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
  4.  memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, 
  5. mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,  
  6. menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat mengkondisikan keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok, penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.

Keterlibatan siswa ini diantaranya berupa pembuatan media pembelajaran baik yang berupa display maupun yang berbasis ICT. Dengan pembuatan media pembelajaran oleh siswa dimaksudkan agar siswa mampu mengkontruksi sendiri pengalaman belajarnya. Hasil dari pengkontruksian pengalaman belajarnya, dapat dituangkan secara nyata kedalam media pembelajaran. Dengan melibatkan siswa secara langsung, pengalaman belajarnya menjadi lebih bermakna dan berkualitas. Hal yang tak kalah pentingnya adalah kebanggaan yang dimiliki oleh siswa karena karyanya dapat dipajang dan didokumentasikan.

D.    PENUTUP

Media pembelajaran merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan dalam setiap proses pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran yang sesuai sangat bermakna dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, disamping faktor –faktor yang lain.

Keterlibatan siswa dalam pembuatan media pembelajaran diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan dan bermakna bagi siswa.