Minggu, 12 Februari 2012

Belajar Matematika yang Efektif

BELAJAR MATEMATIKA YANG EFEKTIF
 

A.    Pengertian Belajar

Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. (cafestudi061).

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3).

Para peneliti umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahli–ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996:2 – 14),dalam cafestudi061 ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :

1.      Pandangan Psikologi Behavioristik.
Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor–faktor kondisional yang diberikan oleh lingkungan. Pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri seseorang dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus – stimulus yang dialami.
Belajar dapat dilakukan dengan mencoba– coba (trial and error). Mencoba – coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba – coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
2.      Pandangan Psikologi Kognitif
Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.
3.      Pandangan Psikologi Humanistik
Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar – besarnya kepada individu.
Siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan – keputusan yang ia ambil atau pilih.
4.      Pandangan Psikologi Gestalt
Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman. Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja. Perubahan yang semata–mata karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan ”belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”.
Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu untuk menguasai materi pembelajaran.
Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan–pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus–menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. (duniabaca.com)
B.     Pengertian Belajar Matematika
Matematika adalah salah satu dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Banyak siswa menganggap bahwa matematika adalah hantu dalam langkah mereka menuju kelulusan. Banyak ketidaklulusan siswa karena nilai matematika nya tidak memenuhi standar minimal yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan  pengamatan penulis, ketidakberhasilan siswa mencapai kompetensi yang diinginkan bukan karena siswa itu tidak pandai atau IQ yang rendah, tetapi karena cara belajar mereka yang tidak efektif.
Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang dikemukakan oleh Herman Hudoyo (1990:25-27) :
(1) Robert Gane
Belajar matematika harus didasarkan kepada pandangan bahwa tahap belajar yang lebih tinggi berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah.
(2) J. Bruner
Belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika.
(3) Z.P Dienes
Berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada siswa dalam bentuk konkrit.
Sementara itu Sri Wardani (2003:3-4) mengemukakan pendapat beberapa pakar:
(1) Kolb (1949)
Mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya menekankan bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.
(2) Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977)
Pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk “menemukan kembali” matematikan dengan berbuat matematika. Pembelajaran matematika harus mampu mmeberi siswa situasi masalah yang dapat dibanyangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam memecahkan masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan pada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang dunia nyata tersebut.
(4) Goldin (1992)
Matematika ditemukan dan dibangun oleh manusia sehingga dalam pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh siswa daripada ditanamkan oleh guru. Pembelajaran matematikan menjadi lebh aktif bila guru membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (konsep) dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalili, prinsip). Untuk mengungkapkan tentang pengertian dan pernyataan diciptakan lambang-lambang, nama-nama, istilah dan perjanjian-perjanjian (fakta). Konsep yaitu pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang dapat membedakan suatu obyek dengan yang lain.
C.     Pengertian Belajar Efektif

Belajar efektif adalah cara belajar yang dapat  meraih tujuan yang ingin dicapai dari belajar itu sendiri. Pada pembelajaran yang efektif, seorang guru mampu membimbing siswanya mencapai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar dari materi yang diajarkan.
Sesungguhnya setiap anak terlahir cerdas. Ini paradigma baru dalam pendidikan yang sedang berkembang. Paradigma ini mungkin bertentangan dengan persepsi yang diyakini selama ini, bahwa anak cerdas berjumlah terbatas daan mereka menempati lapisan tertentu dalam dunia manusia. Penemuan baru tentang kecerdasan pada semua anak diharapkan dapat mengubah pendekatan pendidikan yang selama ini terlanjur mapan.
Menurut Dr. Thomas Amstrong (l994), setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi untuk menjadi cerdas. Sifat bawaan itu antara lain : keingin-tahuan, kemampuan eksplorasi pada lingkungan, spontanitas, vitalitas, dan fleksibilitas.
Dipandang dari pandangan ini, tugas pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat) adalah memberikan kesempatan berkembang pada kemampuan bawaan itu, sehingga membantu perkembangan kecerdasan anak secara menyeluruh.
Namun, ada masalah yang mengganjal dari klaim tersebut. Sering kita menemukan dalam satu kelas ada anak yang tampak lambat dalam belajar, Sementara ada anak lain yang terlihat cepat dalam belajar. Tetapi karena mereka berada pada pada kelas yang sama, maka dapat dipandang perlakuan guru, media belajar, dan lingkungan belajar relatif sama. (IGN Widana Putra dan IGA Kusuma Wardani)

Belajar adalah suatu proses yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan dan pengetahuan baru. Dari belajar maka akan diperoleh pengetahuan-pengetahuan baru. Tetapi dalam kenyataan, ada orang yang bisa belajar dengan cepat, tetapi ada yang lambat dalam menyerap pengetahuan-pengetahuan baru.

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar siswa dapat belajar secara efektif.
1.  Tumbuhkan motivasi untuk belajar.
Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. (www.anneahira.com)
Motivasi adalah hal yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Apapun yang diperbuat manusia, yang penting maupun yang tidak penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko selalu ada motivasinya. Untuk itu, motivasi siswa untuk belajar harus ditumbuhkan. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. http://aadesanjaya.blogspot.com)
Dalam buku Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. Motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi” (Sardiman, 2001 : 83)
2. Buatlah jadwal belajar yang rutin dan teratur, Jika jadwal belajar sudah dibuat, maka harus disiplin dan mematuhi jadwal itu. Belajar sedikit-sedikit tapi rutin lebih efektif daripada belajar banyak tetapi tidak rutin.
3.  Siapkan fasilitas belajar seperti tempat belajar, alat tulis, buku catatan, buku latihan, buku pelajaran dan alat bantu belajar lainnya.
4.  Ciptakan suasana menyenangkan dalam belajar. Misalkan kamu lebih mudah belajar sambil mendengarkan radio/musik, maka kamu dapat membunyikan radio untuk menemani belajar.
5.  Jaga stamina baik fisik maupun psikis dengan makan, minum, olahraga, dan istirahat yang teratur.
6.  Jangan pernah lupakan berdoa dan beribadah menurut agama dan keyakinan.

D.    Belajar Matematika Yang Efektif

a.       Belajar matematika di sekolah..
1. Siapkan pelajaran dengan baik jangan lupakan perlengkapan belajar dan PR bila ada.
2. Menyimak uraian yang disampaikan oleh guru dengan baik dan penuh konsentrasi.
3.  Aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yang diciptakan/dirancang guru.
4.  Aktif bertanya jika ada uraian guru yang tidak jelas.
5.   Rajin sekolah dan rajin mengerjakan tugas atau latihan yang diberikan.
6. Buatlah catatan apa yang diterangkan guru di kertas buram atau coretan-coretan, kemudian tulislah kembali apa yang diterangkan guru dengan membuat rangkuman materi dan rumus.

b.  Belajar matematika di rumah.
1. Catat rumus-rumus, teori, konsep pada kertas kecil, bentuk yang menarik, beri warna kemudian tempel di tempat yang strategis di rumah/kamarmu, sehingga selalu menjadi perhatian dan mudah dibaca kapan saja.
2.  Membuat target harian. Misal ”Hari ini aku harus bisa mengerjakan satu soal tentang luas lingkaran”.
3.  Rajin mengerjakan soal-soal latihan.
4.  Disiplin, teratur, konsisten.
5. Aktif bertanya pada teman yang pandai atau guru jika mengalami kesulitan. Manfaatkan teknologi yang cenggih, misal sms atau email guru atau temanmu yang pandai. Atau browsing soal-soal/contoh soal di internet.
6.  Selalu berdoa dan jangan cepat menyerah.

E.     Penutup  

Dengan belajar matematika secara efektif  maka diharapkan siswa dapat mencapai standar kompetensi yang diinginkan. Sikap positif dalam  belajar yang harus dikembangkan antara lain  :
1. Yakin bahwa setiap proses belajar yang dilalui akan membuahkan hasil yang baik.
2. Tidak mudah putus aca jika menemui kesulitan dalam belajar.
3. Ketekunan adalah kunci untuk membuka keberhasilan. Banyak kasus anak yang pandai bukanlah anak yang IQ nya tinggi tetapi anak yang tekun
4.  Selalu berdoa dan pasrah karena keberhasilan itu atas kehendakNya.

Pada akhirnya, berhasil atau tidaknya, tergantung pada sikap masing-masing. Belajar matematika dengan efektif, diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal.
   


Terima kasih
Selamat belajar, semoga sukses!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar