Minggu, 30 Oktober 2011

Kopiah Kahfi

KOPIAH KAHFI

(Catatan ini aku buat pada Ramadhan tahun lalu, tapi Kahfi ingin cerita ini dimasukkan ke dalam blog bundanya)

Buk, aku pakai kopiah apa? Pertanyaan Kahfi ketika sore hari menjelang puasa. Sebenarnya aku sudah pernah membelikan dia kopiah tahun lalu. Tapi ternyata, kopiah itu sudah tidak muat. Pakai kopiah ayah saja ya! Dia setuju. Dia ambil kopiah ayahnya dan dicoba di depan cermin. Pantes buk? Wah puantes, anak e ibuk persis Ridho. Iyo...wong aku kan Ridho Usman, jawabnya! Aku tertawa, apalagi ketika kakaknya mengejek dia, yek...pesek ngono kok ngaku kayak Ridho Roma. Gak po po, jarene ibuk aku ngganteng kok, kaya Ridho Roma. Ha ha ha, mana ada sich ibu yang tidak mengganggap anaknya ganteng atau cantik? Semua ibu pasti menganggap ana-anaknya adalah anak yang paling cakep se dunia.

Malamnya, Kahfi mengikuti shalat tarawih  dengan semangat. Sepulang shalat tarawih, ayahnya bercerita kalau kopiah yang dipakai Kahfi beberapa kali jatuh. Ternyata kopiah milik ayah itu kebesaran. Aku meminta ayahnya untuk membelikan kopiah. Apalagi sebentar lagi di sekolah anakku akan diadakan pondok Romadlon. Ayahnya hanya bilang, ojok diomongi, dik! Mene wae tak tukokne di pasar.

Beberapa hari berikutnya, Kahfi  terpaksa memakai kopiah lamanya yang agak kekecilan. Timbangane pake kopiah e ayah, jatuh terus, katanya. Tetapi, dia tetap bersemangat untuk mengikuti shalat  tarawih di masjid dekat rumah.

Hari Minggu pagi, ayahnya keluar. Ketika kutanya, dia mengatakan kalau mau membelikan kopiah untuk kahfi tetapi aku tidak boleh memberi tahu pada perjaka kecilku itu. Ketika pulang, dia membawa bungkusan kecil, dan diberikan pada Kahfi. Dengan penasaran, dia membuka bungkusan itu. Betapa gembira ketika dia melihat isi bungkusan itu. Sebuah kopiah yang  bagus. Apalagi ketika dicoba, ternyata pas sekali dengan  kepalanya. Wah, nek iki wis gak jatuh-jatuh lagi yah, katanya. Ayahnya menasehati untuk rajin shalat dan kalau shalat di masjid tidak boleh ramai. Dia berjanji kalau shalat di masjid nanti, akan shalat di dekat ayah atau mbah kakungnya, biar tidak digoda teman-temannya.

Sekarang, baik shalat fardu, shalat tarawih maupun mengaji, dia selalu memakai kopiah itu. Ada sinar kebanggaan di matanya ketika memakai kopiah pembelian ayahnya. Dan satu lagi...ternyata kopiah Kahfi persis dengan kopiah Mbah Kakungnya. Padahal  ketika membeli, ayahnya tidak tahu kalau kopiah  itu sama persis dengan kopiah Mbah Kakung. (Untuk perjaka kecilku Ashhabul Kahfi)

Sabtu, 29 Oktober 2011

IBU

IBU, TERIMA KASIH TIADA BERBATAS

Ketika aku bercerita pada ibuku bahwa aku suka menulis catatan di akun facebookku, beliau ingin sekali penggalan kisah hidupnya turut dicatat sambil memperlihatkan buku hariannya. Itulah sebabnya, aku ingin sekali membuat blog.

Masa kecil ibuku dilalui dengan penuh keprihatinan. Nama ibuku Supini. Dia lahir dari seorang petanikecil di desa Gesing Kalipadang. Nama kakekku Ponggo. Aku memanggil kakekku Mbah Nggo. Nama nenekku Marmirah. Tetapi mbah putriku sudah meninggal saat ibuku masih kecil. Ibu adalah anak bungsu dari 8 bersaudara. Dengan jumlah saudara yang banyak, ibu tumbuh menjadi gadis yang mandiri.

Ketika gadis-gadis seusianya sudah berumah tangga, ibu bersemangat sekali melanjutkan sekolah. Sekolah Rakyat  waktu itu berjarak kira-kira 5 km di tempuh dengan jalan kaki. Sendiri, karena anak-anak di kampung itu tidak ada yang mau sekolah. Ada kejadian yang selalu dia ingat. Ketika pulang sekolah melewati galengan -pematang sawah, ada teman ibu yang pekerjaannya angon wedus selalu mengejar dan memukul pecut dari belakang. Ibu yang waktu itu masih berusia 9 tahun,  lari terbirit-birit sampai kadang-kadang terjatuh. Ketika sudah dewasa, ibu menjadi guru kemudian menjadi kepala SD. Pernah suatu kali beliau ketemu dengan temannya itu. Rupanya teman kecil ibuku itu sekarang jualan es lilin dari kampung ke kampung. Sambil bercanda ibuku bilang, "Sampeyan iku cak, aku mbiyen sering sampeyan pecuti sampe mlayu tibo-tibo!" Teman ibuku itu hanya tersenyum malu mengingat kelakuan masa kecilnya yang usil.

Selesai SR, ibuku melanjutkan sekolah SGB (Sekolah Guru Bawah) di Gresik. Bekal yang seadanya, kehidupan yang sangat sederhana di Gresik, tidak membuat semangat belajarnya menurun. Ibu memang anak yang cerdas. Kemauan belajarnya sangat besar. Nilai-nilai ulangan yang didapat ibu sangat baik. Tetapi ada satu mata pelajaran yang tidak ibu kuasai, yaitu menggambar. Nilainya selalu jelek pada mata pelajaran menggambar. Ketika itu ibu menjadi kepala sekolah SDN Munggugianti. Begitu melihat hasil menggambarku yang dikumpulkan oleh guru kelasku, beliau berurai air mata. Bukan karena bangga hasil gambarku bagus, tetapi ternyata aku "setali tiga uang"dengan beliau. Ha ha ha.

Dari keluarga besar, ibu menikah dengan bapakku yang anak tunggal. Tetapi, bukan berarti keprihatinan telah berakhir. Bapak memang anak tunggal. Tetapi beliau telah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Mbah Sa'idah telah meninggal pada saat bapak kelas 2 di SGB. Empat puluh hari kemudian, Mbah Rahman meninggal pula. Jika menceritakan saat-saat itu, air mata bapak masih sering keluar. Cerita tentang awal perkenalan bapak dan ibu, juga sering kami dengar. Dengan kehidupan yang prihatin, selain menjadi guru SD, bapak menjadi makelar sepeda. Waktu itu, mbah Nggo menjual sepedanya. Akhirnya terjadi transaksi jual beli sepeda. Eh ternyata tidak hanya transaksi sepeda, tetapi sekalian kecantol dengan anak gadisnya. Kebetulan ibu adalah adik kelas bapak ketika di SGB. Menikah dengan bapak membuat ibu pindah tempat tinggal dari Gesing ke Munggugianti.

Ada hal-hal yang selalu diajarkan pada kami kelima anaknya. Kesederhanaan, kemandirian dan tetap memegang teguh ajaran agama. Kehidupan kami memang sangat sederhana. Gaji guru pada waktu itu sedikit sekali. Untuk menambah penghasilan keluarga, Bapak dan ibu berjualan makanan kecil. Dengan kemampuan ekonomi yang minim sekali, ibu dan bapak membiayai sekolah kami semua. Kalau orang-orang menganggap beras jatah PNS apek dan keras, bagi kami itu adalah makanan yang nikmat. Apapun yang dimasak oleh ibu, terasa lezat di lidah kami. Karena kesibukan bapak dan ibu itu, kami menjadi terbiasa mandiri dan saling membantu. Kedua kakak laki-lakiku pun pintar sekali memasak untuk kami adik-adiknya. Kedua kakak laki-lakiku adalah pengayom bagi kami semua. Alhamdulillah, kami semua dapat menyelesaikan kuliah sesuai dengan keinginan kami.

Ada satu yang selalu diceritakan ibu yaitu tentang perasaannya ketika menjelang pensiun. Satu tahun menjelang pensiun, ibu sering diam-diam menangis. Bukan karena memikirkan gajinya yang akan berkurang. Pada saat itu, kehidupan ekonomi keluarga kami memang sudah lumayan. Tinggal adik bungsuku yang masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya jurusan Bahasa Inggris. Saudara-saudaraku yang lain sudah mandiri.

Setiap pagi, ibu diantar bapak ke SDN Bulurejo. Waktu itu ibu menjadi kepala sekolah di sana. Setiap hari, bahkan belum turun dari sepeda, anak-anak sudah berlarian menyongsong kehadiran ibu. Mereka berebut untuk bersalaman dan mencium tangan ibu. Ibu memang sangat menyayangi anak-anak. Setelah bertahun-tahun bersama anak-anak SD, dia harus meninggalkan rutinitas itu. Terbayang kerinduan ibu pada tangan-tangan mungil yang menanti kehadirannya disekolah.

Sekarang, rumah ibu adalah tempat penitipan cucu-cucunya dan tempat berkumpul kami semua. Sepulang sekolah, perjaka kecilku selalu ke rumah mbah putrinya. Disana sudah menunggu Jiha keponakanku yang masih berusia 2 tahun. Mengerjakan PR dan mengaji dilakukan oleh anakku dengan bimbingan mbah putri. Akupun menjadi lebih tenang meninggalkan anak-anak. Terima kasih untuk ibu dan bapakku, yang telah melahirkan aku dan saudara-saudaraku, yang telah mengajarkan kami tentang kehidupan, yang telah melimpahkan kasih sayang pada kami berlima. (Untuk orang tuaku Supini dan Sampuri, saudara-saudaraku Edy Purwanto,S.Pd, MPd, Dwi Wahyudi, SPd, Wulan Hikhmawati ST, Fajar Handayani SPd)

Jumat, 28 Oktober 2011

Program BERMUTU

KEGIATAN IN SERVICE PROGRAM BERMUTU

Lilis Setiyorini, SPd
SMP Negeri 2 Benjeng

Alhamdulillah. Kalimat itu terucap diantara kami ketika kegiatan in service program BERMUTU di cluster kami sudah terlaksana. Jam telah menunjukkan pukul  5 sore. Meski kami lelah, tapi diantara kami  terpancar kegembiraan dan kebahagiaan. Ini adalah kedua kalinya kami melaksanakan kegiatan In Service  Program BERMUTU
Pemerintah melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan menggulirkan Program BERMUTU.  BERMUTU sendiri adalah singkatan dari Better Education Through Reformed Management And Universal Teacher Upgrading. Kalau diartikan mungkin maksudnya peningkatan mutu pendidikan melalui  peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Program ini bertujuan untuk meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar dengan usaha memantapkan struktur pengembangan mutu guru melalui pemberdayaan berbagai kelompok kerja, musyawarah guru serta forum kelompok kerja dan forum musyawarah guru seperti KKG dan MGMP.
Bulan Agustus 2011 kemarin, semua ketua MGMP cluster kami telah menandatangani  MoU  tentang pembiayaan kegiatan dengan LPMP Jawa Timur. Katanya sich, program ini mendapat suntikan dana dari Bank Dunia. Setelah MoU, bulan September-Oktober kemarin, LPMP Jawa Timur mengadakan pelatihan Guru Pemandu selama 5 hari . Peserta diklat adalah anggota MGMP yang disiapkan untuk memandu teman-teman di MGMP Cluster. Saya dan Pak Mustaqim  mewakili MGMP Matematika  Cluster VIII Gresik.
Sepulang dari diklat, ada perasaan gamang dalam diri saya. Apa saya bisa menggerakkan teman-teman untuk belajar? Apa saya mampu? Ini adalah tahun kedua, tetapi perasaan itu tidak pernah hilang dari hati dan pikiran saya. Tetapi perasaan itu agak sedikit reda ketika MGMP Kabupaten mengadakan workshop di Sarangan Magetan. Jauh amat???? Kata teman-teman sekalian refreshing. Di perjalanan, dipergunakan teman-teman untuk sharing permasalahan di cluster masing-masing. Maklum saja, hampir semua anggota MGMP Kabupaten adalah pengurus di MGMP Cluster masing-masing. Bahkan, hampir semua teman yang saya temui ketika diklat Guru Pemandu ikut juga dalam kegiatan ini.
Cerita teman-teman agak menenangkan saya. Saya yakin dapat mengajak teman-teman untuk belajar. Di tepi kebun kubis yang ada di samping Villa Merah, saya berteriak “Semangat!!!”” He he he ..... seperti orang gila ya, teriak-teriak sendiri. Tapi ternyata dengan berteriak, hati saya menjadi lega.
Selain mendapat semangat baru, pembina kami Bu Sujiati dan Pak Wiwin membekali kami tentang Pendidikan Karakter dan Lesson Study Berbasis Sekolah. Saya memang telah mendapatkan materi itu dari diklat yang pernah saya ikuti , tetapi bekal yang diberikan oleh beliau berdua membuat saya lebih memahami tentang PK dan LSBS.
Kegiatan awal pun segera kami susun. Dengan tiga MGMP cluster VIII yang lain, kami merancang kegiatan In Service. Dibentuklah panitia kecil. Pak Purwoadi didaulat teman-teman sebagai ketua dan saya sebagai sekretaris. Disepakati, selain anggota MGMP juga akan diundang beberapa guru imbas.
Setelah konfirmasi kesediaan Pak Anang Prasetyo Widya Iswara dari LPMP Jawa Timur, disepakati kegiatan dilaksanakan hari Jum’at, tanggal 28 Oktober 2011. Momen yang pas,,,,,, hari Sumpah Pemuda, biar semangat kita selalu muda. He he he! Kegiatan inservice ini akan dilaksanakan selama satu hari atau 8 jam pelajaran. Kalau dihitung-hitung sich antara jam 8 sampai jan 16 sore.
Persiapan pun segera kami lakukan. Pembuatan proposal, penyusunan jadwal, surat permohonan narasumber, surat undangan, daftar peserta,  daftar hadir, surat pemberitahuan kepada dinas pendidikan dan pengawas,,,,, semua saya siapkan disela-sela mengajar. Karena Pak Pur dan saya satu sekolah, semua itu dapat saya selesaikan dengan ringan. Persiapan terakhir kami lakukan satu hari menjelang in service. Kesediaan dari Dinas Pendidikan Gresik dan Pengawas Kabupaten untuk hadir membuat kami bersemangat.
Jum’at, 28 Oktober 2011, pagi,,,, harap-harap cemas kami menunggu kehadiran teman-teman. Apalagi ada  teman yang menyatakan kalau program ini tidak ada manfaatnya bagi dia. Tetapi ternyata kecemasan kami tidak beralasan. Hampir semua teman yang kami undang hadir. Bahkan dari cerita teman-teman, ada yang bersyukur ikut kegiatan ini karena sangat bermanfaat bagi dirinya pada saat dia mengikuti PLPG. Bekal yang diberikan oleh widya iswara LPMP tahun kemarin rupanya sangat bermanfaat bagi teman-teman, terutama dalam pembuatan kisi-kisi soal, penyusunan proposal PTK, media-media pembelajaran dan metode-metode pembelajaran.
Kegiatan berjalan dengan lancar. Pak Nadlif dari Dinas Pendidikan Gresik membuka kegiatan dan memberikan pembekalan tentang Standar Nasional Pendidikan dan pentingnya guru untuk selalu meng- update pengetahuan yang dimilikinya. Setelah itu, pak Anang Prasetyo membekali kami tentang Proposal PTK dan Laporan PTK. Semangat teman-teman membuat saya optimis. Saya yakin teman-teman saya mau belajar.
Tapi saya menyisakan pertanyaan dalam hati. Mengapa ya kok ada teman yang memandang sinis program ini. Bukankah sudah dikaji manfaatnya? Saya jadi mikir!! Sebuah program memang seperti sebuah makanan yang terhidang. Mau kita apakan program itu?? Makan,,,, kunyah,,, merasakan nikmatnya,,,, kemudian ditelan untuk mendapatkan manfaatnya. Atau,,,,,,,dibiarkan saja sampe busuk?? Selezat apapun makanan yang terhidang, jika kita hanya melihatnya,, tanpa ada keinginan untuk memasukkan ke mulut dan menikmatinya, pada akhirnya akan busuk dan dibuang. Padahal makanan itu banyak kandungan gizinya, lho!!! Sia-sia khan??
Maka,,,, marilah kita laksanakan Program BERMUTU ini, supaya kita benar-benar menjadi Guru yang Bermutu!!! Semangat!!!!!!

Kamis, 27 Oktober 2011

LSBS

LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH

Lilis Setiyorini, SPd
SMP Negeri 2 Benjeng


Awalnya, saya mengenal istilah Lesson Study ketika mengikuti kegiatan Pembekalan Guru Pemandu Program Bermutu di Gresik pada tahun 2010. Kemudian saya mendapatkan pembekalan tentang Lesson Study pada saat Diklat Guru Pemandu yang diadakan oleh LPMP Jawa Timur. Salah satu program kegiatan yang harus kami laksanakan nantinya di  MGMP adalah mengadakan Lessson Study.
Mengapa Lesson Study dilaksanakan karena  tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu ada celah dari setiap pembelajaran yang kita lakukan, dan selalu ada celah untuk melakukan perubahan. Lesson Study diharapkan dapat mengubah guru untuk selalu terbuka,  mau menerima perubahan. Untuk meningkatkan budaya akademik dan kemampuan ber kolaborasi, dan meningkatkan kemampuan mengevaluasi diri dan melakukan inovasi pembelajaran. Selain itu juga merupakan sarana bagi guru untuk menghasilkan karya ilmiah, baik berupa case study, artikel ilmiah, maupun PTK.
Tidak semua guru mau melaksanakan Lesson study.  Diperlukan perubahan  sikap antara lain semangat  introspeksi diri, keberanian membuka diri untuk peningkatan kualitas diri, keberanian untuk  mengakui kesalahan diri sendiri,  keberanian untuk belajar dari orang lain, keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan
Lesson Study  mengadopsi  dari  Jepang Jugyokenkyu. Lesson Study adalah suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas. Guru secara kolaboratif merumuskan tujuan pembelajaran & tujuan pengembangan siswa, merancang pembelajaran, melaksanakan dan mengamati Research Lesson, mendiskusikan untuk kemudian menyempurnakan dan membelajarkannya lagi di kelas lain.  Model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip prinsip kolegalitas (kesejawatan) dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.  Komunitas   yang saling bekerjasama untuk  mengatasi masalah-masalah pembelajaran  yang dihadapi oleh guru. Dengan Lesson Study diharapkan tidak terjadi pertentangan dan kecanggungan  antar rekan sekerja
Lesson Study dibagi menjadi tiga bagian: Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan dan observasi) dan See (refleksi) Pada bagian perencanaan, baik seorang atau sekelompok guru membuat rencana pembelajaran,   satu orang guru yang disebut gutu model melaksanakan pembelajaran berdasar berdasarkan rencana yang telah dibuat dan teman sejawatnya mengamati pembelajaran tersebut  dan mereka merefleksikan pembelajaran yang diamati bersama-sama.
Secara garis besar, ruh dari Lesson Study ada pada  kegiatan berbasis masalah dalam pembelajaran, perencanaan pembelajaran secara komunikatif secara kolaboratif dengan teman sejawat, implementasi perencanaan pembelajaran di kelas real, kemudian merefleksi hasil pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tindak lanjut program ini adalah melaksanakan di kelas masing-masing berdasarkan temuan-temuan yang ada dan alternatif-alternatif pemecahan masalahnya 
Tujuan   dari kegiatan Lesson Study adalah untuk perbaikan kualitas pembelajaran, perbaikan kualitas output ,  peningkatan ke profesional an guru, dan pada finalnya pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Ketika itu saya begitu pesimis. Terbayang berbagai kendala di depan mata. Apa mungkin diterapkan kegiatan Lesson Study ini di kelas? Apa nggak malah mengganggu proses pembelajaran di kelas itu? Apa tindak lanjut dari kegiatan ini? Bagaimana respon teman-teman guru yang lain? Tetapi, saya mencoba untuk berpikiran positif. Saya yakin, setiap program yang digulirkan, pasti  mempunyai nilai positif. Demi anak didik saya, saya harus membuka diri untuk melaksanakan Lesson Study Berbasis Sekolah.
Lesson Study??? Ayokkk!!!


Rabu, 26 Oktober 2011

Case Study

Case Study
Besok,.....cara belajarnya gimana lagi, buk???
Oleh : Lilis Setiyorini, SPd
SMP Negeri 2 Benjeng

Hari ini, Sabtu 22 Januari 2011, saya melaksanakan PTK siklus ke 2 pertemuan ke 2. Saya mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif numbered heads together. Semua perangkat pembelajaran, LKS dan alat-alat sudah saya siapkan. Tak lupa, disaku saya tersimpan beberapa bintang yang saya buat dari kertas karton.
Dari tiga pertemuan, saya mendapatkan hasil yang lumayan memuaskan. Selalu ada kenaikan rata-rata nilai siswa. Saya amati dan saya baca tabel pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat saya, ternyata prilaku anak-anak juga mulai berubah. Anak-anak antusias sekali menunggu waktunya pelajaran matematika.
Jam ke 3 pun dimulai. Saya dan teman Bu Etty dan Pak Pariadji segera menuju ke kelas IXA yang terletak di pojok barat.  Anak-anak sudah terbiasa dengan kehadiran dua teman saya di kelas ini.
Awal pertemuan didalam kelas saya  mengucapkan salam dan mengecek kehadiran sanak-anak. Tanpa diminta, ternyata anak-anak  sudah berada di dalam kelompoknya. Anggota  kelompok melekatkan kartu nomor sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Setelah siswa semuanya dalam keadaan siap, saya  mengingatkan rambu-rambu aturan main dalam pembelajaran model kooperatif NHT. Beberapa siswa menanyakan perolehan bintang yang didapat oleh kelompok mereka. Sampai hari ini, kelompok Pascal memperoleh bintang yang terbanyak. Wah......mereka senang sekali. Apalagi, display bintang itu segera saya pasang disamping papan tulis.
Saya  menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Sebelum saya  membagi LKS, guru meminta seluruh siswa berdiri dan bertepuk tangan terhadap situasi kelas IXA yang gembira tetapi tenang dan terarah.  Tanpa saya duga, Aris berteriak “Hidup bu Lilis!!!” Seluruh kelas bertepuk tangan. Saya gembira sekali.
Setelah itu saya  membagikan LKS untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. Segera kelas menjadi ramai tetapi terarah. Tidak ada anak yang diam atau asyik bermain sendiri. Semua anggota kelompok berdiskusi. Terdengar beberapa anak menerangkan materi LKS pada teman satu kelompoknya dengan bahasa mereka. Saya lihat, Dikey asyik menerangkan pada anggota kelompoknya.  Saya berkeliling pada semua kelompok dan bertindak sebagai fasilitator. Mereka saling bertanya satu sama lain  Seluruh siswa mengerjakan LKS, diskusi kelompok telah banyak dilakukan. Meskipun sambil bercanda, Adi Mulyo dan   Sodikun tetap antusias bertanya kepada teman yang lain.
Setelah waktu yang saya sediakan untuk  diskusi kelompok selesai, saya segera mengajak anak-anak untuk membahas materi yang ada di LKS. Saya  mengambil secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. Saya lihat wajah-wajah gembira dan cemas di wajah mereka.” Algebra  2” saya baca kertas yang saya ambil dari kotak. Seluruh kelas tertuju pada kelompok Algebra. Saya lihat Kristin berdiri sambil tertawa.  Saya mengambil kartu permasalahan dan membacakan. Ia mengambil spidol dan menerangkan di depan seolah-olah sedang menjadi guru bagi teman-temannya.  Dengan tenang, ia  memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di kelas. Karena  permasalahan dan penjelasan yang diberikan benar dan sesuai, maka Kristin saya beri “tanda bintang” untuk kelompoknya.  Seluruh kelas bertepuk tangan. Kristin dengan bangga segera menempel bintang pada papan display kelompoknya. Saya  mengambil lagi  secara acak nomer dan nama kelompok dari kotak. “Pythagoras......5! Ha ha ha .... saya dengar tawa Agung sambil menunjuk kartunya ke atas. Seluruh kelas tertawa. Agung pun dengan gaya santainya segera menjelaskan permasalahan yang dia dapat. “Wis ngerti tah rek??” Tanyanya pada teman-temannya. Hajar rupanya menemukan kekurangan pada jawaban Agung. Dia segera menyampaikan apa yang menjadi kekurangan jawaban Agung. Karena keberanian dan ketelitian mereka, dua anak itu pun saya beri hadiah bintang. Merekapun segera meletakkan bintang di tempat kelompoknya. Pada pertemuan keempat ini ini, anak-anak antusias dan percaya  diri untuk menjelaskan permasalahan yang disampaikan guru. Tidak ada satupun anak yang keluar pada saat pembelajaran. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit. Sebenarnya, anak-anak masih ingin melanjutkan presentasi dan diskusi, tetapi waktu yang saya sediakan untuk kegiatan itu hanya  sekitar 20 menit.
Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan evaluasi mandiri selama 25 menit.Saya harap-harap cemas terhadap hasil belajar anak-anak. Wah.....bagaimana hasilnya ya??  Setelah menyimpulkan pembelajaran hari ini, dan bertanya kepada perwakilan masing-masing kelompok tentang pelaksanaan pembelajaran hari ini, saya  memberikan penghargaan pada kelompok Pascal sebagai kelompok yang terbaik dalam diskusi dan hasil tes sebelumnya.
Akhirnya, saya akhiri pelajaran hari ini dengan memberikan aplaus pada seluruh kelas. Tiba- tiba saya dengar Hendra nyeletuk “Bunda........besok cara belajarnya gimana lagi??? Cari cara yang asyik lagi ya bun!!! Wah.......tantangan bagiku untuk menggali kratifitas, nich!!! Bagaimanapun hasil tesnya, setidaknya sekarang aku sudah tahu, pembelajaranku kali ini membuat anak-anak bersemangat dan gembira.

Ceritaku

Meningkatkan Kemampuan dan Minat Siswa dalam Menghitung Bilangan Cacah dengan Permainan Tebak Angka

                Keprihatinan yang selama ini saya simpan adalah saat mendapati siswa-siswa saya kurang mampu dalam melakukan perhitungan sederhana. Padahal mereka sudah berada di kelas 9. Keprihatinan semakin bertambah kala menyadari bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di UNAS kan. Saya selalu mengatakan pada siswa-siswa saya bahwa standar kelulusan (SKL) tidak mungkin turun, tetapi setiap tahun selalu naik atau sama dengan tahun sebelumnya.
Siswa di kelas yang saya ampu memiliki kemampuan yang sangat beragam. Ada yang bisa menghitung dengan sangat cepat dan antusias sekali dengan pembelajaran yang saya lakukan , tetapi banyak juga yang seperti dikatakan oleh Bapak Anam Widodo, perkalian sederhana saja tidak bisa. Ada yang ogah-ogahan menghitung. Banyak siswa yang langsung menyerah jika merasa tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Saya sampai bertanya-tanya mengapa sebagian anak-anak saya mudah sekali menyerah. Atau itu karena saya kurang dalam memberikan motivasi, ya? Ternyata dari pengamatan dan tanya jawab yang saya lakukan dengan anak-anak, hal itu terjadi karena banyak diantara siswa yang kemampuan berhitungnya sangat kurang.
Untuk meningkatkan kemampuan dan minat menghitung siswa, saya mencoba permainan ”Tebak Angka” seperti yang dilakukan oleh pesulap Joe Sandy dalam ”The Master”. Kegiatan ini saya lakukan di kelas 9C tahun pelajaran 2009-2010 kemarin.
Awalnya, setiap anak saya minta untuk menyembunyikan/menyimpan sebuah angka. Angka tersebut bisa tanggal lahir, tahun lahir, nomor rumah, nomor Hp, atau yang lain. Untuk pemilihan angka apa yang harus disembunyikan dapat disesuaikan atau kesepakatan siswa. Kemudian angka itu saya minta untuk menambah, mengurangi, mengalikan atau membagi dengan angka tertentu.
Setelah itu saya menebak angka yang disembunyikan oleh siswa dengan meminta siswa menyebutkan hasil akhir dari perhitungannya.
Ternyata, ketika kita menebak dengan benar, banyak siswa yang meminta untuk melakukan permainan itu lagi. Siswa melakukan operasi hitung dengan gembira tanpa ada paksaan. Ketika dia menghitung salah, maka dia akan antusias untuk menghitung kembali dengan benar.
Kegiatan itu biasa saya lakukan pada awal pelajaran di kelas yang saya ampu kira-kira sekitar 10 menit. Baru setelah itu saya melanjutkan pembelajaran sesuai KD dan program semester.
Yang menjadi permasalahan, anak-anak selalu meminta permainan matematika. Saya sampai bingung mencari ide-ide baru agar anak-anak menyukai pembelajaran yang saya lakukan. Dengan harapan, jika anak-anak menyukai pembelajaran matematika yang saya lakukan, maka mereka bisa lebih mudah menyerap materi  matematika yang saya ajarkan.